Kamis, 30 April 2020

PEMBENIHAN LELE DI MUSIM HUJAN

Intensitas hujan yang cukup tinggi akan berdampak pada penurunan kualitas air budidaya, pembenih lele perlu tahu cara menanganinya. Memasuki musim penghujan, sejumlah pembudidaya ikan konsumsi alami kendala dalam usahanya. Pasalnya, kematian atau ikan mulai terkena serangan penyakit kerap dijumpai, khususnya di segmen usaha pembenihan. Tingginya curah hujan akan berdampak kualitas air yang berubah-ubah dan menyebabkan stres pada ikan. 

Tak jarang pembudidaya benih ikan terkena serangan penyakit di kala musim hujan, dengan tingginya intensitas hujan yang turun, akan mempengaruhi beberapa parameter kualitas air kolam pemeliharaan. Seperti, suhu yang turun drastis, ketidakstabilannya kadar keasaman di perairan (pH), yang pada akhirnya berdampak pada stressnya ikan peliharaan. 

Perubahan nilai atau angka parameter kualitas air secara drastis akan berdampak langsung kepada benih ikan. Jika, perubahan suhu yang drastis terjadi akibat curah hujan yang tinggi akan memicu stres pada ikan, sehingga akan lebih mudah terserang bakteri atau jamur. Dalam kondisi tersebut, ikan biasanya akan kehilangan nafsu makannya, kemudian produksi lendir di tubuh ikan akan berlebih. 

Dan pada akhirnya sistem pertahanan tubuhnya lele akan berkurang, dimana lendir pada tubuh lele merupakan salah satu proteksi alami pencegah serangan penyakit. “Tak bedanya seperti manusia, jika sudah terbiasa panas-panasan, berjemur namun mendadak harus memasuki ruangan yang dingin akan berdampak pada kekebalan tubuh yang berkurang sehingga akan pilek, batuk, demam, dan sebagainya,”

Maka dari itu, setiap pembudidaya harus memperhatikan kualitas air di kala musim penhujan. Terlebih lagi, dengan seringnya turun hujan akan menurunkan nilai pH akan semakin turun, jika mencapai di bawah nilai standar 7 - 8 maka nafsu makan ikan serta perumbuhannya kan terganggu. 

Hujan merupakan salah satu kondisi yang tidak mungkin dihindari. Terlebih untuk pembudidaya yang belum mempunyai sarana dan prasarana indoor (dalam ruangan), ini akan cukup merepotkan tatkala musim penghujan datang. 

Kondisi benih lele yang dipelihara di kolam-kolam terpal dan berada di luar ruangan akan lebih mudah terkena penyakit jika memasuki musim penghujan. Alasannya, kualitas air yang sudah terbentuk optimal akan alami perubahan yang cukup ekstrem. Biasanya pH air nilainya 7,5 - 8 jika diterpa hujan lebat terus-menerus selama beberapa jam sudah pasti nlai pH akan turun menjadi 6 - 6,5. 

“Kondisinya juga bisa diperparah jika usaha yang dijalankan berada di lingkungan pabrik yang membuang asap industrinya sembarangan, kemudian secara tidak langsung terbawa oleh air yang turun dari langit dan jatuh ke kolam budidaya. Hal ini tersebut berdampak pada penurunan kualitas air dengan drastis, yang berujung pada kematian dalam jumlah banyak pada benih.” 

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk pembudidaya yang unit kolam-kolamnya belum indoor untuk mengantisipasi terpaan hujan secara terus menerus adalah melakukan pergantian air di setiap kolam-kolam budidaya yang terkena hujan sekitar 30 – 50 % tergantung intensitas hujannya. Jika hanya satu atau dua jam masih tergolong wajar.  

Rabu, 29 April 2020

BUDIDAYA IKAN SECARA POLIKULTUR

Kegiatan polikultur ikan adalah memelihara ikan dari jenis yang berbeda dalam wadah yang sama. Ikan yang dipelihara bisa terdiri dari 2 jenis atau lebih. Prinsip budidaya polikultur adalah memanfaatkan potensi sumberdaya air yang ada, dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah ketersediaan makanan alamidan mutu air, terutama oksigen. 

Tujuannya adalah untuk memanfaatkan potensi sumberdaya air secara maksimal sehingga bisa memberikan hasil panen tertinggi dengan penambahan input yang minimal. Oleh karena itu kegiatan polikultur tidak dilakukan dalam sistem budidaya intensif yang menggunakan kepadatan tinggi, disertai tambahan input makanan dan aerasi.

Untuk memanfaatkan potensi makanan alami secara maksimal maka dipilih ikan yang mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Salah satu contoh adalah polikultur ikan mas dengan gurami.  Ikan mas yang merupakan ikan omnivorous (pemakan segala) dan cenderung mengambil makanan yang ada di dasar kolam dapat digabungkan dengan ikan gurami yang merupakan ikan herbivorous (pemakan tumbuhan) dan cenderung mengambil makanan yang ada di permukaan (daun-daunan).  Disamping itu ikan gurami mempunyai alat pernapasan tambahan sehingga tidak bersaing memperebutkan oksigen dalam air dengan ikan mas.

Polikultur juga dapat dilakukan antara udang dengan ikan. Di Vietnam dan Bangladesh sudah umum dilakukan budidaya polikultur udang galah dengan ikan karper (sejenis ikan mas).  Pemeliharaan pada umumnya dilakukan di tanah bekas sawah yang sangat subur.

Polikultur antara ikan bandeng dengan tawes juga dapat dilakukan di tambak menggunakan air tawar. Perbandingan antara ikan bandeng dengan tawes adalah 1 : 1 atau 2 : 1. Jumlah ikan bandeng yang ditebar antara 5.000 – 10.000 ekor per hektar, sedangkan jumlah ikan tawesnya menyesuaikan dengan ikan bandeng.  

Faktor yang perlu diperhatikan dalam menerapkan sistem polikultur adalah ketersediaan makanan alami dan kesesuaian jenis ikan yang dipelihara dengan ketersediaan makanan alami tersebut. Oleh karena itu kolam atau tambak perlu dipersiapkan dengan baik agar makanan alami dapat tumbuh dengan baik. Pemberian pupuk organik dan organik harus dilakukan, dosis pupuk organik sekitar 1 ton per hektar, sedangkan pupuk anorganik urea sekitar 100 – 150 kg/ha.

Semakin besar ukuran ikan maka kebutuhan makanannya juga semakin banyak, sehingga ada kalanya makanan alami yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan tersebut.  Untuk mencegah persaingan makanan antar jenis ikan maka kadang kita perlu memberi makanan tambahan.

Jika ingin menambahkan pelet maka dapat diberikan pelet dengan kandungan protein cukup 12-18 % saja sehingga biaya pakan tidak terlalu tinggi. Pada polikultur ikan dengan udang, maka ikan bisa diberi makanan yang terapung, sehingga tidak mengganggu udang yang hidup di dasar kolam.

Selasa, 28 April 2020

CARA MEMBUAT PELLET GURAMI SECARA SEDERHANA

Perlu dipahami bahwa pakan buatan sendiri hanya bersifat pelengkap atau tambahan guna memenuhi kebutuhan energi ikan yang dipelihara. Pakan tambahan atau yang bersifat pelengkap peran utamanya adalah sebagai penyedia energi. Pakan ini bersifat melengkapi pakan komersial buatan pabrik atau pelengkap bagi pakan alami yang tersedia dalam kolam.

Membuat pakan untuk ikan gurami relatif lebih mudah karena ikan ini dikenal sebagai hewan herbivora, yaitu hewan yang suka makan tumbuhan. Oleh karena itu bahan-bahan untuk membuat pakan gurami dapat menggunakan tumbuh-tumbuhan yang terdapat di lingkungan kita. Kita dapat menggunakan daun singkong, kedelai, atau daun lainnya yang disukai oleh gurami. Untuk mengujinya maka daun tersebut bisa kita berikan langsung kepada ikan gurami, jika respon yang diberikan positif (ikan mau memakannya) berarti daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pakan. 

Tanaman dari kelompok Leguminosa sudah sering digunakan sebagai bahan makanan ternak, baik daun maupun biji-bijiannya. Bahan-bahan ini mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 20 – 30 %. Kita perlu mengolah terlebih dulu bahan baku tersebut agar dapat menghilangkan atau mengurangi dampak negatif dari senyawa anti nutrisi yang terdapat di dalamnya. 

Cara yang biasa digunakan adalah dengan merendam daun / biji-bijian dalam air dicampur kapur selama 24 jam, atau dengan merebusnya di dalam air selama 1 jam. Proses ini akan melarutkan sebagian senyawa anti nutrisi tetapi juga akan menghilangkan sebagian dari vitamin yang terkandung di dalamnya.

Setelah itu bahan-bahan tersebut digiling hingga halus. Untuk menggiling biji-bijian dapat menggunakan gilingan kopi, sedangkan untuk daun-daunan harus dicincang terlebih dulu sebelum digiling. Meskipun mempunyai nilai gizi tinggi, tetapi karena mengandung berbagai senyawa anti nutrisi maka penggunaanbahan baku ini untuk pakan ikan terbatas maksimum 10 kg/100 kg pelet.

Sumber protein hewani yang biasanya mudah didapat adalah bekicot dan keong (Mollusca). Mollusca mengandung protein tinggi, bisa mencapai 60 % (menyamai tepung ikan), selain itu juga mengandung lemak dan asam-asam lemak yang dibutuhkan sebagai sumber energi bagi ikan.  Kandungan lemak keong dan sejenisnya biasanya sekitar 6 %. 

Untuk memanfaatkan hewan ini terlebih dulu harus dikeluarkan dari rumahnya (cangkang), cara sederhana adalah dengan memecah “rumahnya” dan mengambil dagingnya, atau dapat dilakukan dengan merebus dalam air selama 15-20 menit.  Setelah itu keong atau bekicot dipotong-potong lalu dimasukkan dalam gilingan daging.  Prosentase yang digunakan sekitar 5-10 kg/100 kg pelet yang dibuat.

Untuk merekatkan campuran bahan baku yang digunakan menjadi bentuk pelet kita memerlukan bahan yang mengandung kanji, seperti tapioka, tepung jagung, tepung beras, atau tepung terigu. Bahan yang paling murah sudah tentu tapioka atau limbah industri tapioka. Bahan-bahan ini sudah berbentuk tepung sehingga mudah menggunakannya. Agar dapat berfungsi sebagai perekat maka bahan yang mengandung kanji perlu dicampur dengan air panas. Jumlah yang diperlukan bisa mencapai 25-30 kg/100 kg pelet. 

Pada musim panen padi biasanya harga dedak di penggilingan padi menurun. Dedak juga dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ikan gurami. Jumlah yang digunakan antara 15-25 kg/100 kg pelet.

Rabu, 22 April 2020

CARA PRODUKSI BENIH IKAN UKURAN SERAGAM

Memang benar bahwa pertumbuhan ikan dalam satu kolam sering kali tidak seragam sehingga pada saat panen ikan yang didapat mempunyai ukuran yang beragam.  Sudah tentu ini merugikan bagi pembudidayaikan karena harga ikan yang kecil tidak sama dengan ikan yang besar.  Keadaan seperti ini dapat terjadi pada ikan apa saja, ikan tawar maupun laut, baik tahap pendederan maupun pembesaran. 

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidak seragaman ukuran ikan.  Faktor pertama adalah ketersediaan makanan dalam jumlah yang tidak mencukupi.  Jika makanan yang tersedia kurang maka akan ada ikan yang tidak mendapat cukup makanan karena kalah dalam persaingan.  Akibatnya sebagian ikan pertumbuhannya jadi terhambat, bahkan pada kondisi yang ekstrem ikan-ikan yang lebih kecil bisa diserang oleh ikan yang besar sehingga mengalami luka-luka dan dapat mengakibatkan kematian. 

Untuk mengatasi hal ini maka makanan perlu ditambah, dengan melakukan pemupukan atau dengan memberikan lebih banyak makanan buatan (pelet). Jika perbedaan ukuran ikan kecil dan besar sudah terlanjur mencolok maka ikan-ikan kecil harus dipisahkan dari ikan besar, dipelihara dalam kolam terpisah sehingga mendapat kesempatan untuk tumbuh dengan baik.

Faktor kedua disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik.  Dalam satu populasi (kelompok) ikan yang berasal dari satu kali pemijahan (bisa beberapa induk) biasanya akan didapat 10-20 % ikan yang tumbuhnya lebih lambat, sebaliknya juga akan didapat ikan yang tumbuhnya lebih cepat dari rata-rata. Untuk itulah perlu dilakukan pemisahan ukuran (sortir/grading) ikan pada tahap pendederan. 

Grading dilakukan untuk memisahkan ikan-ikan yang tumbuh lebih cepat dan ikan-ikan yang tumbuh agak lambat.  Ikan yang tumbuh lebih cepat akan mencapai ukuran sebar dalam waktu lebih singkat sehingga dapat lebih cepat dijual.  Bagi pembudidaya pembesar ikan kelompok ini disebut sortiran pertama, dan biasanya bisa dijual dengan harga yang sedikit lebih tinggi dibandingkan harga benih ikan biasa.  Sementara itu kelompok terakhir adalah ikan-ikan yang tumbuhnya sangat lambat, sebaiknya ikan ini tidak dijual sebagai benih sebar karena pertumbuhannya sangat lambat dan bisa merugikan.

Jika grading tidak dilakukan pada tahap pendederan maka keragaman ukuran karena faktor genetik akan berlanjut ke tahap pembesaran. Bahkan ada kalanya pada tahap pendederan keragaman ukuran tersebut belum terlihat mencolok sehingga sulit untuk melakukan grading

Pada tahap pembesaran grading biasanya dilakukan jika jangka waktu pemeliharaan cukup lama, misalnya 8 – 12 bulan.  Hal ini biasa dilakukan pada pemeliharaan ikan-ikan laut seperti kakap dan kerapu. Grading juga dilakukan pada pemeliharaan ikan super intensif.  Pada kondisi ini persaingan tidak hanya terjadi dalam perebutan makanan saja, tetapi juga ruang hidup, oksigen dan sebagainya.

Grading dilakukan bukan hanya untuk memisahkan ukuran tetapi juga untuk penjarangan sehingga semakin besar ukuran ikan kepadatan dalam kolam/jaring akan semakin berkurang.  Melalui proses penjarangan ikan diberi kesempatan untuk dapat tumbuh normal. Jika setelah dilakukan grading ada kelompok ikan yang tidak mau tumbuh atau pertumbuhannya sangat lambat, maka sebaiknya pemeliharaannya dihentikan, ikan dijual atau dilepas.  Kelompok ikan kuntet ini tidak akan mencapai ukuran normal dan hanya menghabiskan biaya pemeliharaan saja

Selasa, 21 April 2020

PENYEBAB PRODUKSI IKAN TIDAK OPTIMAL

Penentuan hasil panen dipengaruhi oleh daya dukung kolam, budidaya ikan dengan kepadatan tinggi harus diimbangi dengan mengganti air secara rutin, misalnya 10-15 % dari jumlah air dalam kolam setiap hari.

Menurunnya mutu air dalam kolam disebabkan oleh menumpuknya kotoran yang dihasilkan dari proses budidaya, yaitu sisa-sisa pellet yang tidak termakan oleh ikan dan kotoran yang dihasilkan oleh ikan itu sendiri.  Kotoran tersebut harus dibuang sebanyak mungkin supaya tidak menjadi sampah dalam kolam.

Penggantian air kolam merupakan salah satu cara untuk membuang kotoran tersebut dan mengganti sebagian dari air yang sudah tercemar dengan air baru yang segar. Oleh karena itu konstruksi kolam harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membuang kotoran yang terdapat dalam kolam.

Penggunaan probiotik juga dapat dilakukan untuk membantu air kolam merombak sampah tersebut menjadi bahan-bahan yang tidak beracun.  Penggunaan probiotik menjadi penting jika kita tidak mampu mendapatkan sumber air yang baik untuk mengganti air kolam.  Tetapi penggunaan probiotik akan meningkatkan konsumsi oksigen dalam air kolam sehingga perlu diwaspadai kemungkin terjadinya kekurangan oksigen dalam kolam.  Jika hal ini terjadi kita perlu mengaerasi air kolam, baik dengan penggunaan kincir atau dengan pompa yaitu memompa air dari kolam ke dalam kolam lagi setelah “disemburkan” ke udara sehingga air tersebut teraerasi dengan oksigen di udara.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah mutu pakan.  Semakin tinggi kepadatan ikan dalam kolam maka diperlukan pakan yang bermutu tinggi agar ikan patin dapat tetap sehat dan tumbuh dengan cepat.  Jika ikan “dipaksa” untuk hidup di lingkungan yang padat maka mereka membutuhkan masukan pakan dengan nutrisi tinggi agar tahan terhadap serangan penyakit dan perubahan kondisi lingkungan (oksigen, amonia, suhu, dan lain-lain).  Diperlukan pakan yang mengandung cukup vitamin, juga mengandung protein yang bermutu tinggi untuk pembentukan daging ikan.

Tanda-tanda menurunnya mutu air kolam adalah dengan melihat aktifitas ikan, jika ikan tidak terlihat aktif bergerak atau responnya terhadap pakan menurun, nafsu makan kurang, maka kita harus cepat bertindak sebab kondisi ikan sudah tidak sehat.  Secepatnya mengganti air.

Kamis, 16 April 2020

CARA MENJAGA KESEHATAN IKAN SETELAH HUJAN TURUN

Sebelum ikan sakit, ada unsur yang menjadi trigger (penyebab) timbulnya ikan stres yaitu fluktuasi/range pH yang tinggi, pergeseran dominansi fitoplankton, dan penurunan pH yang drastis. Kesemua faktor tersebut menyebabkan ikan stres, dan bila ikan stres dan di perairan ada virus white spot, maka ikan akan terinfeksi virus tersebut dan sakit.

Adapun cara untuk mengatasi bila terjadi hujan lebat.

  1. Dilakukan pengapuran rutin dengan dolomit, bila PH pagi > 8,0 aplikasi dolomit malam hari dan bila pH pagi < 8,0 aplikasi dolomit diberikan pada pagi jam 07.00

Dosis aplikasi dolomit 10 – 15 ppm.

  1. Dilakukan pembuangan air atas pada saat hujan.
  2. Bila perlu dilakukan penambahan kincir.
  3. Dicampurkan ke dalam pakan vitamin C dosis 3 gram/kg pakan.
Bila kematian ikan dengan ciri-ciri terinfeksi white spot, maka harus dilakukan sistem budidaya tertutup dengan aplikasi probiotik.

Selasa, 14 April 2020

MANFAAT PENGGUNAAN PLASTIK HDPE SEBAGAI ALAS KOLAM

Kolam plastik merupakan kolam yang dilapisi dengan plastik berbentuk mulsa atau HDPE. Plastik mulsa atau HDPE berguna untuk mengeliminasi dampak dari dasar kolam yang memiliki bahan organik tinggi, sehingga kualitas air tidak dipengaruhi oleh dasar kolam. Selain itu juga untuk mencegah terjadinya perembesan khususnya pada kolam dengan tanah porous. 

Penumpukan bahan organik di dasar kolam menyebabkan kondisi anaerob. Kondisi ini menghasilkan produk yang bersifat toksik terhadap organisme yang ada dalam air termasuk ikan. 

Plankton pada kolam yang dilapisi dengan plastik lebih padat dibanding dengan plankton pada kolam yang tidak dilapisi plastik. Kecerahan yang rendah pada kolam yang tidak dilapisi dengan plastik akibat lumpur yangmenyebabkan air berwarna coklat.

Kelebihan memakai plastik pada kolam adalah tidak perlu pengolahan tanah dasar, tidak perlu pengapuran dasar, frekuensi penebaran dapat ditingkatkan, masa pemeliharaan dapat diatur, pergantian /penambahan air dapat dikurangi, bocoran kolam bukan lagi masalah utama, dan penurunan pH air akibat kemasaman tanah bukan lagi hambatan. Sedangkan kekurangannya adalah perlu modal awal yang lebih banyak.

Kamis, 09 April 2020

MENCEGAH KEMATIAN IKAN MASSAL AKIBAT HUJAN

Hujan merupakan peristiwa alamiah yang terjadi sebagai akibat dari siklus air di alam. Turunnya hujan bisa memberikan dampak positif maupun negatif bagi ikan di kolam. Yang perlu diperhatikan adalah mengurangi dampak negatif sebesar mungkin sehingga tidak berakibat buruk terhadap ikan yang dipelihara. Hujan biasanya menimbulkan dampak negatif jika turun dengan lebat dalam waktu yang lama, dampak yang ditimbulkan antara lain:

  • Suhu air turun, karena tidak ada sinar matahari, Oksigen, pH, dan alkalinitas juga turun karena terjadi pengenceran air kolam
  • Jika kepadatan fitoplankton dalam kolam tinggi maka hujan dapat mengakibatkan kematian massal fitoplankton yang juga berakibat pada meningkatnya konsumsi oksigen oleh bahan organik dari fitoplankton yang mati
  • Perubahan suhu, pH dan oksigen akan merangsang tumbuhnya bakteri “jahat” (pathogen).
  • Jika hujan disertai angin kuat maka kolom air di bawah akan teraduk mengakibatkan naiknya lumpur dasar kolam ke dalam kolom air, terutama jika tinggi air kolam tidak terlalu dalam.
  • Senyawa beracun seperti H2S akan terlepas ke kolom air karena dasar kolam teraduk.
  • “Suara” yang ditimbulkan dari tetesan air hujan di permukaan air dapat menimbulkan stress pada ikan.

Bagaimana reaksi ikan terhadap perubahan kondisi tersebut? Secara alamiah ikan akan berusaha menghindari faktor-faktor yang dianggap dapat membahayakan hidupnya, yaitu dengan berenang menjauhi permukaan air kolam, mencari kolom air di dalam yang lebih hangat. Tetapi jika dasar kolam teraduk maka kondisi lingkungan di dasar kolam justru membahayakan kehidupan ikan. Sehingga ikan akan mudah terinfeksi penyakit. Turunnya pH air akan merangsang ikan untuk berganti kulit (molting), akibatnya kondisi ikan semakin lemah.

Hujan juga akan menurunkan nafsu makan ikan sebagai akibat dari turunnya suhu, pH dan oksigen terlarut. Berkurangnya asupan makanan akan mengakibatkan kemampuan ikan dalam menjaga system pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit menjadi turun. Jika ikan sampai stres maka kemampuannya untuk mengembalikan kondisi tubuh turun drastis, bahkan bisa menimbulkan kematian.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegah kematian masal akibat hujan? Pertama-tama kita harus mengusahakan agar air hujan yang masuk ke kolam dapat segera dibuang dengan cara membuang air kolam dari permukaan, menjaga agar ketinggian air tetap sama seperti sebelum turun hujan. Hal ini akan mengurangi pengaruh pengenceran terhadap air kolam.

Jika ternyata pH dan alkalinitas air turun maka berikan kapur, terutama di sekeliling kolam dan pada tanggul-tanggul kolam. Hidupkan kincir untuk menjaga agar oksigen terlarut tetap tinggi. Stop pemberian pakan sampai cuaca kembali normal.

Jika sudah terlihat ikan mulai mau makan, maka berikan pakan pada dosis 10 - 20 % lebih rendah dari sebelumnya. Tambahkan vitamin C sebanyak 5 mg/kg pakan. Cek dasar kolam untuk memonitor adanya kematian ikan di dasar kolam, jika terdapat bangkai ikan segera lakukan siphon. 

Rabu, 08 April 2020

PENGELOLAAN KOLAM YANG KADAR BESINYA TINGGI

Memang untuk kondisi tanah pyrit (besi), sangat berbeda dalam hal pengelolaan persiapan lahan maupun budidayanya dibandingkan dengan tanah normal (bekas lahan sawah). Adapun metode persiapan lahannya:

  • Tanah dikeringkan untuk membuang bahan organik atau lumpur.
  • Tidak dilakukan pembalikan tanah sebab tanah di lapisan bawah masih belum teroksidasi dan mengandung lumpur organik tinggi.
  • Dilakukan pencucian dengan plankton pekat, dengan cara petakan diisi air setinggi 30 cm, lalu dibiarkan sampai planktonnya tumbuh pekat, lalu dibuang pada malam hari. Diulangi beberapa kali sampai warna kuning (karat besi) hilang.
  • Dikapur sesuai angka pH tanah (pH < 5 kapur 5-8 ton; PH 5-6 kapur 2-4 ton; PH>6 kapur 1,5 - 2 ton).
  • Dilakukan pengisian air.

Selasa, 07 April 2020

UPWELLING

Peristiwa upwelling terjadi karena air dari lapisan bawah terangkat ke permukaan dan air yang di permukaan masuk ke lapisan yang lebih dalam. Hal ini dapat terjadi jika suhu permukaan air lebih dingin dibandingkan dengan suhu air di lapisan yang bawah. Air dengan suhu yang lebih tinggi cenderung lebih ringan sehingga akan terangkat ke permukaan.

Namun kejadian kematian masal ikan tidak selalu disebabkan oleh upwelling. Kematian ikan terutama terjadi karena kadar kelarutan oksigen (DO) dalam air sangat rendah dan kondisi ini berlangsung cukup lama (lebih dari 4 jam). Di kolam DO seringkali < 2 ppm, ikan yang hidup di dalamnya sudah terbiasa dengan kondisi DO seperti ini sehingga tidak mengakibatkan kematian, tetapi pertumbuhan ikan akan lebih lambat.

Pada kondisi tertentu DO dalam air bisa < 1 ppm, dan ini sudah membahayakan bagi kehidupan ikan. Tingkat DO ini akan membuat ikan sulit bernafas sehingga mereka akan muncul ke permukaan dan berusaha memanfaatkan lapisan tipis air di permukaan yang mengandung DO lebih tinggi (karena bersentuhan langsung dengan udara). Tetapi jika keadaan ini berlangsung lama maka jumlah oksigen yang diserap oleh ikan tidak akan mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga perlahan-lahan ikan akan lemas, pingsan danmakhirnya mati.

Rendahnya DO dalam air bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah upwelling (seperti yang disebutkan di atas), tidak ada angin sehingga permukaan air sangat tenang mengakibatkan kurangnya difusi oksigen dari udara untuk masuk ke dalam air, cuaca mendung sehingga tidak terjadi fotosintesa yang bisa menghasilkan oksigen.

Untuk mengantisipasi kondisi ini kita harus mewaspadai terjadinya perubahan cuaca. Jika sepanjang hari cuaca mendung (atau bahkan hujan) maka bisa dipastikan pada malam hari DO akan rendah dan pada pagi dini hari DO akan kritis. Antisipasi yang dilakukan adalah dengan menghentikan pemberian pakan sejak siang hari.

Jika ikan merasa lapar maka aktifitasnya akan berkurang sehingga laju konsumsi oksigen juga akan turun. Siapkan pompa air atau kincir, jika sewaktuwaktu dibutuhkan kita dapat menambah kelarutan oksigen dengan mengaerasi air dalam karamba. Sudah tentu efektifitasnya bergantung pada besarnya pompa atau kincir. Tempatkan aerasi pada kolam yang ikannya sudah besar, sebab ikan ini nilainya sudah tinggi karena sudah banyak mengkonsumsi pakan. Jika ikan mati maka kerugiannya lebih besar.

Pasanglah plastik gelombang atau sejenisnya di tengah kolam, satu sisi diletakkan sedikit di bawah permukaan air. Lalu hidupkan pompa mengarah ke plastik tersebut sehingga akan terjadi arus yang melalui permukaan plastik. Karena posisi lembaran plastik agak mendongak ke atas maka air yang mengalir akan terdorong ke atas sehingga tercipta seperti air terjun. Hal ini akan menciptakan aerasi sekaligus arus pada permukaan air. Arus yang timbul diharapkan dapat membawa air yang mengandung oksigen lebih tinggi ke kolam di sebelahnya. Sebaiknya pompa sudah dihidupkan sebelum oksigen mencapai titik kritis.

Untuk mencegah kematian maka kepadatan ikan juga harus diatur. Pada musim penghujan, saat matahari jarang muncul sebaiknya padat tebar dikurangi. Jika ikan sudah terlanjur ditebar dan sudah berukuran agak besar maka sebaiknya sebagian ikan dipindahkan ke karamba lain yang kosong. Jaring juga harus sering dibersihkan agar arus air tidak terhambat. Dengan demikian air dalam karamba dapat selalu terganti dengan baik.

Kamis, 02 April 2020

KIAT-KIAT SUKSES MEMELIHARA IKAN

Membasmi penyakit dalam lingkungan hidup ikan tidak mungkin dilakukan. Kita hanya dapat mencegah agar ikan tidak mati karena serangan penyakit. Ikan seperti halnya makhluk hidup lain, akan dapat tumbuh dengan baik jika tubuhnya dalam kondisi sehat.

Kesehatan tubuh ikan ditentukan oleh dua hal, yaitu gizi makanan dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga agar kondisi tubuh ikan tetap sehat, sebab seperti halnya manusia, jika sudah sakit maka biaya untuk menyehatkan kondisi tubuh bisa menjadi mahal.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa kondisi lingkungan ideal untuk tempat hidup ikan. Kolam harus bebas dari sampah, termasuk sampah organik, seperti daun-daunan, ranting pohon dan sebagainya. Rumput liar juga harus dihindari. Sebaiknya dinding kolam dilapisi plastik mulsa atau terpal.

Pipa pemasukkan dan pengeluaran air harus terpelihara dengan baik dan mencukupi. Pipa pemasukkan dan pengeluaran air ibarat ventilasi bagi rumah tempat tinggal ikan, jika pemasukkan dan pengeluaran air tidak baik maka ikan dalam kolam akan merasa “pengap” karena air tidak segar.

Kualitas air yang masuk ke kolam harus lebih baik dibandingkan kualitas air dalam kolam, ibaratnya udara segar yang masuk ke dalam rumah. Satu faktor yang juga penting adalah menjaga agar hama dan predator tidak masuk ke dalam kolam. Hama dan predator ibarat tikus dalam rumah, bisa sangat mengganggu dan membahayakan kehidupan.

Bentuk kolam harus rapih, jika ada pematang yang longsor atau bocor harus segera dibetulkan sebab tempat ini bisa menjadi pintu masuk hama dan predator. Pematang dilapisi plastik terpal atau mulsa dengan rapih, jangan sampai bocor. Kebocoran akan mengakibatkan menumpuknya kotoran di tempat tersebut, sehingga menjadi tempat sampah tersembunyi. Bersihkan rumput dan tanaman liar dari kolam. Tanah dasar kolam diratakan dan dipadatkan.

Setelah wadah disiapkan maka air harus diatur, sebab air adalah media hidup ikan. Kualitas air harus dijaga, jangan sampai terlalu kental, warna air tidak boleh pekat, jangan sampai tumbuh lumut. Faktor ketiga adalah pakan, gunakan pakan yang bermutu jangan memilih pakan karena harganya yang murah, tetapi gunakan pakan sesuai dengan mutu yang diperlukan.

Ikan perlu mendapat asupan nutrisi yang baik agar bisa hidup sehat dan tumbuh dengan baik. Pakan diberikan pada pagi hari setelah matahari terbit, jangan diberikan terlalu awal sebab biasanya pada pagi hari sebelum matahari terbit kualitas air masih kurang bagus. Berikan pakan secukupnya sampai ikan berhenti makan tandanya sudah kenyang. Karena itu pakan harus diberikan pelan-pelan, jangan langsung disebarkan dalam jumlah banyak.

Kunci keberhasilan memelihara ikan adalah dengan memperhatikan tingkah laku ikan dan kondisi air kolam secara teliti dan terus menerus. Jangan meremehkan gejala-gejala yang muncul, sebab hal ini menjadi pertanda ada sesuatu yang tidak baik di dalam kolam. Hal yang disampaikan di atas sebagian besar sudah diketahui secara umum, tetapi sayangnya kita seringkali mengabaikan hal-hal kecil sehingga mengakibatkan kerugian besar.

Rabu, 01 April 2020

MENJAGA STABILITAS PLANKTON DALAM KOLAM

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plankton didalam perairan, yaitu adanya nutrien atau unsur hara yang menunjang pertumbuhan plankton, sinar matahari, dan kandungan karbondioksida (CO2) di dalam perairan tersebut. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan jika ada kekurangan dari salah satu faktor maka pertumbuhan plankton akan mengalami gangguan.

Faktor yang pertama adalah nutrien. Kebutuhan plankton akan nutrien di dalam perairan cukup besar. Jika kandungan nutrien kurang di dalam perairan, plankton juga akan mengalami kesulitan untuk tumbuh normal, tetapi jika kandungan nutrien terlalu melimpah, juga tidak baik bagi pertumbuhan plankton, karena plankton akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.

Faktor yang kedua adalah sinar matahari. Plankton tidak akan tumbuh normal jika kurang mendapat sinar matahari, ditandai dengan adanya kecerahan air kolam yang tinggi, dan sulit menumbuhkan plankton. Sebaliknya, jika cuaca terlalu panas/terlalu banyak mendapatkan sinar matahari, pertumbuhan plankton juga semakin mudah merajalela, akibatnya pekolam sulit mengendalikannya.

Faktor yang ketiga adalah kandungan CO2 di dalam perairan. Untuk memenuhi unsur karbon, plankton memanfaatkan senyawa CO2 yang terlarut di dalam perairan, yang dalam proses fotosintesis akan menghasilkan oksigen dan energi yang nantinya akan digunakan plankton untuk tumbuh. Jika CO2 di dalam perairan kurang, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton yang ada didalam perairan tersebut.

Jika bahan organik di kolam terlalu tinggi, disarankan air dimasukkan tandon terlebih dahulu beberapa hari untuk diendapkan kotorannya sebelum digunakan di dalam petak budidaya. Tanam tumbuhan air di petak tandon, tergantung tingkat pencemaran di perairan tersebut, berfungsi sebagai filter biologis, dan bisa menyerap bahan organik yang terbawa oleh aliran air dari luar.

Saran yang kedua adalah melakukan cuci plankton pekat. Artinya, kita bisa menurunkan bahan organik tanah dasar dengan cara menumbuhkan plankton pekat di dalam petak sebelum dilakukan persiapan lebih lanjut. Berikutnya masukkan air ke dalam petak setinggi 40-50 cm, tunggu beberapa hari sampai plankton tumbuh pekat. Jika plankton sudah kelihatan pekat, maka air di dalam petak dibuang secara total dilakukan pada jam 1-2 dini hari.