Rabu, 27 Mei 2020

TAHAPAN PEMBUATAN KOLAM TERPAL

Untuk pembuatan kolam dengan batas dari kayu dan besi harus dibuat lubang yang berguna sebagai sirkulasi air masuk dan keluar dapat berjalan dengan baik. Yang perlu diperhatikan selanjutnya, yaitu:

  • Pembuatan kolam dengan dasar dan pinggiran dari tanah hanya perlu mengubur pinggiran terpal yang digunakan. Ini supaya tidak terjadi tarik menarik yang akan beresiko kebocoran kolam terpalnya.
  • Sebaiknya pula ratakan permukaan bawah dengan batu bata yang ditutupi dengan sekam. Karena, permukaan bawah kolam yang rata akan memberikan cukup pengaruh pada perkembangan ikannya nanti.
  • Setelah kolamnya siap, buatlah saluran air yang dapat berguna untuk mempertahankan kejernihan air tanpa harus melakukan pengurasan. Pembuatan sirkulasi yang baik adalah dengan menggunakan pipa 1 inch dan pump air, serta penyaring. Sedangkan, untuk saluran buangan menggunakan pipa berukuran 5 – 10 inch sesuai dengan kebutuhan.
  • Sebaiknya dilakukan percobaan pengisian air untuk melihat apakah ada yang bocor ataukah tidak.
Kolam yang telah dipastikan tidak mengalami kebocoran lalu ditaburi pupuk kandang atau pupuk organik, kemudian didiamkan selama beberapa hari (2 – 3 hari). Bila air kolamnya telah berwarna kehijauan ini tandanya telah banyak plakton dan hewan kecil yang berkembang biak yang nantinya bisa menjadi nutrisi untuk ikan air tawar. Setelah itu, barulah bisa dimulai proses penebaran benih ikannya.

Selasa, 26 Mei 2020

FAKTOR PEMICU KANIBALISME PADA LELE

Sortir Benih Lele
Faktor pemicu kanibalisme pada lele antara lain:

Kekurangan pakan

Pakan merupakan pemicu utama kanibalisme pada lele. Menurutnya, jumlah pakan yang tidak memenuhi kebutuhan menyebabkan lele berperilaku agresif dan memangsa temannya sendiri. Oleh karena itu, ia menyarankan agar kebutuhan pakan tercukupi. Pemberian pakan tersebut dapat dilakukan tiga kali sehari. Pagi sekitar pukul 09.00—10.00, petang sekitar pukul 06.00, dan terakhir pukul 22.00 malam.

Bobot biomassa lele perlu di-cek setiap 10 hari sekali. Caranya dengan pengambilan sampel. Selanjutnya, ikan ditimbang, lalu dikalikan dengan jumlah populasi total yang ada dalam satu kolam. Kemudian, pakan sebanyak 5% dari total biomassa ikan ditebarkan merata ke seluruh kolam setiap harinya.

Selain itu, secara teratur perlu mengaplikasikan probiotik. Pemberiannya bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pencampuran dengan pelet ikan dan bisa dicampurkan langsung ke dalam air kolam.

Pemberian pakan tambahan selain pelet, misalnya ayam yang mati, tidak mempengaruhi sifat kanibalisme. Namun, untuk lele berukuran 10 cm, ayam sebaiknya direbus terlebih dahulu. Sementara untuk lele berukuran lebih besar, ayam cukup dibakar saja. Pemberian pakan tambahan ini untuk menyiasati kebutuhan protein ikan yang tinggi. Di samping itu, jika pasokan ayam tidak tersedia, bisa menggunakan sosis afkir yang banyak tersedia.

Ukuran tak seragam

Sifat kanibalisme bisa dipicu ukuran tubuh yang tidak seragam. Akibatnya, lele berukuran lebih besar cenderung memangsa ikan yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu, lele yang dipelihara dalam satu kolam diupayakan memiliki ukuran tubuh yang seragam.

Tebar benih dalam kolam yang sama sebaiknya berasal dari benih berumur sama. Pasalnya, lele berumur sama cenderung memiliki besar tubuh yang hampir sepadan. Meskipun demikian, hal ini tidak menjamin bahwa ukuran ikan akan seragam seterusnya karena berbagai faktor. Sebagian lele tumbuh lebih cepat dari pada yang lainnya. Untuk itu, kegiatan penyortiran ikan harus dilakukan, paling tidak setiap 2 minggu sekali.

Penyortiran bisa dilakukan dengan menggunakan ember khusus sortir. Dengan demikian, akan didapatkan ukuran ikan yang seragam dalam satu kolam yang sama.

Kondisi air kolam

Kondisi air kolam, bening dan keruhnya, bisa mempengaruhi tingkat kanibalisme. Air yang bening membuat jarak pandang lele lebih jauh. Mengurangi jarak pandang ikan bisa menurunkan tingkat kanibalisme pada lele. Caranya dengan membuat air kolam budidaya agak keruh, misalnya dengan menerapkan sistem budidaya bioflok, red water system (sistem mikrobia penyangga atau system budidaya air merah), dan cara lainnya.

Keruh bukan berarti air tersebut kotor karena banyak mengandung sisa pakan dan kotoran yang tak terurai. Namun, air yang berwarna keruh ini lebih karena kehadiran bakteri atau alga yang menguntungkan bagi pertumbuhan ikan.

Padat tebar tinggi

Padat tebar tinggi tanpa disertai sistem yang mendukung bisa memicu terjadinya kanibalisme pada ikan lele. Dalam kondisi demikian, kompetisi antar-ikan dalam mendapatkan makanan akan sangat tinggi. Begitu pun juga dalam mendapatkan ruang gerak dan kebutuhan lainnya. Tingkat kompetisi yang tinggi mendorong kanibalisme.

Namun, selama sistemnya mendukung, padat tebar tinggi tidak menjadi masalah. Untuk menyiasati padat tebar yang tinggi, dapat dipraktikkan system budidaya air merah (red water system) dengan aplikasi probiotik yang dibuat dengan gula merah.

Stres lingkungan

Stres lingkungan bisa menjadi pemicu sifat kanibalisme lele. Lele yang stres cenderung bersifat agresif. Jika faktor mendukung, sifat kanibal lele muncul sehingga mereka bisa memangsa temannya sendiri yang berukuran lebih kecil.

Beberapa faktor lingkungan bisa menyebabkan lele mengalami stres, antara lain fluktuasi suhu, lingkungan air yang buruk, serta kurangnya pasokan oksigen. Padat tebar yang terlampau tinggi tanpa dilengkapi sistem yang mendukung bisa menyebabkan penurunan kualitas air, antara lain rendahnya kadar oksigen terlarut. Akibatnya, lele menjadi stres dan mendorong munculnya kanibalisme.

Faktor pemicu stres lainnya adalah lingkungan sekitar kolam budidaya. Idealnya, kolam budidaya dibuat di tempat yang tenang, jauh dari keramaian kendaraan, dan lalu-lalang orang. Kondisi lingkungan yang ramai dan gaduh bias memicu stres lingkungan dan pada akhirnya meningkatkan kanibalisme.

Jumat, 22 Mei 2020

Langkah-langkah dalam Usaha Budidaya Gurame

Kolam Budidaya Ikan Gurame

Pertama yang harus diperhatikan adalah memastikan kebersihan kolam, agar kolam tersebut terbebas dari berbagai hama yang rentan menimbulkan penyakit. Untuk menghindari hal itu, sebaiknya diberi filter atau saringan pada saluran pemasukan air atau saluran pengeluaran air guna mengantisipasi munculnya hewan yang bisa menjadi hama pada kolam. Agar ikan juga mendapatkan makanan secara alami, maka pada dasar kolam perlu diberi pupuk.

Pemilihan Indukan

Salah satu proses awal dalam budidaya ikan gurame adalah pemilihan induk. Induk gurame yang siap dipijahkan adalah yang telah berusia 4-7 tahun, dengan bobot 1,5-2 kg per ekor. Pada rentang usia tersebut gurame sedang dalam masa produktifnya.

Ciri-ciri gurame yang siap dipijahkan adalah memiliki perut yang besar dan dekat dengan anus. Memiliki warna badan yang lebih gelap dan agak pucat, serta gerakannya lincah. Gurame yang siap dipijahkan perlu ditempatkan sendiri dari ikan-ikan lainnya. Karena itu perlu mempersiapkan satu kolam lagi untuk proses pemijahan tersebut. Usahakan kolam tersebut tidak berlumpur dan dasarnya bersedimen pasir.

Karena gurame indukan ini biasanya cukup lincah dan banyak bergerak, upayakan kedalaman kolam di atas 80 cm. Pada kolam untuk pemijahan tersebut perlu diberi semacam sosog yang terbuat dari bambu lalu ditancapkan pada kolam. Sosog ini fungsinya cukup penting, yakni sebagai sarang untuk telur gurame indukan.

Penetasan Telur

Ketika pada kolam pemijahan tersebut menemukan semacam sarang yang telah tertutup, maka segera angkat sarang tersebut karena di dalam sarang tersebutlah terdapat telur-telur ikan gurame. Buka sarang tersebut dan letakkan telur-telur gurame tersebut pada sebuah ember besar yang telah berisi air. Biasanya telur yang kualitasnya bagus akan berwarna kuning, sedangkan telur yang kurang bagus dan kemungkinan tidak menetas biasanya berwarna putih.

Proses penetasan telur gurame ini biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari. Media untuk proses penetasan ini hanya membutuhkan air bersih dan ember besar dan lebar dengan kapasitas 40 liter-an.

Pemeliharaan Benih

Untuk memelihara benih ikan gurame, memerlukan sebuah kolam khusus. Proses pemeliharaan benih gurame tentu berbeda dengan pemeliharaan gurame dewasa atau indukan, karena itu harus diletakkan terpisah agar pertumbuhannya maksimal dan tidak dimakan oleh ikan yang besar. Makanan yang diberikan pada benih gurame pun juga berbeda, yakni harus berupa pellet yang halus. Proses pendedaran benih gurame ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan

Pemberian Pakan

Makanan utama yang baik untuk gurame adalah pellet. Dalam sehari, sebaiknya memberi makan gurame sebanyak dua kali, yakni pada waktu pagi dan sore. Agar pertumbuhan ikan gurame maksimal, maka perlu mencari pellet yang memiliki kandungan protein 25%. Guna menghemat biaya pakan, juga bisa memberi makan gurame dengan daun-daunan seperti daun kangkung, pepaya, tauge, atau dapat juga berupa jagung rebus, ampas tahu, dan dedak.

Proses Panen

Tahap terakhir dalam budidaya ikan gurame adalah panen. Tahap ini sangat ditunggu-tunggu. Namun pelaksanaan panen harus jalankan dengan hati-hati, agar hasilnya pun juga maksimal. Masa panen biasanya dalam waktu 4-6 bulan sejak benih dimasukkan dalam kolam dalam memanen, juga perlu melihat kebutuhan pasar, jenis gurame seperti apa yang banyak diminati oleh pasar.


Referensi: Info Akuakultur

Selasa, 19 Mei 2020

PENYEBAB MENURUNNYA HASIL PRODUKSI BUDIDAYA IKAN

Pada dasarnya penyebab menurunnya hasil produksi antara lain bisa bersumber dari mutu air, lingkungan, benih, pakan, dan kelimpahan penyakit ikan (bakteri, parasit, maupun virus).

Menurunnya hasil produksi dapat dilihat dari pertumbuhan ikan yang lambat. Misalnya biasanya dalam waktu 65 hari ikan sudah bisa dipanen dengan ukuran rata-rata 250 g/ekor atau 4 ekor/kg. Tapi sekarang mungkin baru bisa dipanen setelah berumur 80 hari, berarti ada selisih 15 hari. Menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan turun sekitar 23%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang utama adalah mutu air, benih, dan pakan. Menurunnya hasil produksi juga bisa disebabkan karena tingginya tingkat kematian ikan selama pemeliharaan.  Kematian yang tinggi pada saat awal pemeliharaan biasanya disebabkan oleh mutu benih, penanganan saat panen benih, transportasi benih, dan aklimasi penebaran benih.

Jika kematian terjadi sedikit demi sedikit tetapi sepanjang masa pemeliharaan maka kemungkinan disebabkan karena mutu air yang kurang baik selama masa pemeliharaan. Sedangkan kematian yang terjadi mendadak sekaligus dalam jumlah banyak biasanya disebabkan menurunnya mutu air atau serangan penyakit. 

Untuk mengatasi masalah maka faktor yang menjadi penyebab harus diketahui, dan faktor penyebab tersebut mungkin lebih dari satu seperti yang kami jelaskan di atas. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap setiap kejadian kematian ikan. 

Kolam mana saja yang mengalami kematian, bagaimana tanda-tanda ikan sebelum mata (warna tubuh, kondisi sisik ikan, ada/tidak ada luka, gerakan ikan sebelum mati, dan lainnya). Termasuk apakah ada tanda-tanda perubahan mutu air (warna, kekeruhan, bau air, dan lainnya), maupun kondisi cuaca baik di lokasi kolam maupun di hulu (hujan, banjir, panas terik, dan lainnya).

Langkah kedua adalah memeriksa kondisi secara lebih mendalam.  bisa minta bantuan petugas dinas perikanan untuk mengukur mutu air dan memeriksa kondisi kesehatan ikan ke laboratorium kesehatan ikan terdekat.  Jika ternyata mutu air memang menurun maka beberapa tindakan harus dilakukan, diantaranya:

  • Membuat saringan agar sampah dari saluran irigasi tidak masuk ke dalam kolam dan selalu membersihkan sampah tersebut dan membuangnya ke darat. Jangan membuang sampah kembali ke saluran irigasi.
  • Menjaga kebersihan lingkungan kolam
  • Mengatur kepadatan ikan, kolam yang dekat dengan saluran masuk bisa ditebar ikan sedikit lebih banyak dibandingkan kolam di belakangnya.
  • Menurunkan padat tebar benih secara menyeluruh. Kepadatan ikan dalam kolam bukan ditentukan oleh jumlah benih ikan yang ditebar tetapi ditentukan oleh panen yang dihasilkan. Jika selama ini hasil panen rata-rata 3.000 kg/kolam, maka kepadatan benih sekitar 500 kg.
  • Mengamati dengan cermat pemberian pakan agar tidak berlebihan. Pakan yang berlebihan mengakibatkan kolam menjadi kotor. Kita tidak bisa memacu pertumbuhan ikan dengan memberikan lebih banyak pakan. Pertumbuhan ikan mempunyai batas maksimal yang dipengaruhi oleh mutu ikan (genetik ikan), air, dan pakan.

Jika kematian ikan disebabkan karena penyakit, maka harus diidentifikasi jenis penyakitnya.  Ikan sakit bisa disebabkan oleh parasit (cacing dan lainnya), bakteri, atau virus.  Penyakit akibat virus tidak bisa diobati, hanya bisa dicegah dengan vaksin. Penyakit karena bakteri kadang bisa "diobati" dengan antibiotik.  Tetapi penggunaan antibiotik harus sesuai dengan saran dari dokter hewan atau sesuai petunjuk obat tersebut.  Jika penggunaannya tidak tepat maka pengobatan akan sia-sia, bahkan bisa membuat bakteri kebal terhadap antibiotik. 

Selain itu sebagian besar antibiotik sekarang dilarang digunakan untuk pengobatan ikan karena membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut. Oleh karena itu lebih baik mencegah dari pada harus mengobati ikan yang sakit.  Salah satu cara untuk mencegah ikan sakit adalah dengan meningkatkan ketahanan tubuh ikan dari dalam.

Ada banyak cara untuk itu, diantaranya dengan penambahan vitamin C kedalam pakan sebelum pakan diberikan kepada ikan.  Penambahan imunostimulan juga mampu membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Kamis, 14 Mei 2020

PENGELOLAAN PAKAN

Cara memberikan pakan yang baik adalah dengan menyesuaikan kebutuhan dari ikan.  Oleh karena itu pemberian pakan harus memperhatikan nafsu makan ikan dan memperhatikan apakah pakan yang diberikan benar-benar dimakan oleh ikan. Penebaran pakan ke dalam kolam harus dilihat sebagai menebarkan uang ke dalam kolam sebab pakan yang diberikan tersebut harganya tidak murah. Sehingga kita harus meyakini bahwa pakan tersebut dimakan oleh ikan dan uang yang kita tabur ke dalam kolam tidak terbuang percuma.

Pengamatan terhadap pakan dimulai sejak kita membuka karung pembungkus pakan. Harus diamati apakah pakan dalam karung tersebut dalam kondisi baik, tidak berdebu, tidak ada jamur atau kapang, baunya segar. Jangan memberikan pakan yang sudah tidak baik (apalagi berjamur) kepada ikan karena dapat menimbulkan penyakit dan mengakibatkan kematian ikan.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan pakan. Pertama, ambillah pakan dengan takaran tertentu yang diperkirakan akan habis dikonsumsi oleh ikan, misalnya 5 kg pakan. Berikan pakan tersebut kepada ikan perlahan-lahan, tunggu sampai ikan terlihat kenyang, yaitu saat ikan tidak aktif melahap makanan.

Jika pakan ternyata masih sisa, timbanglah sisa pakan tersebut sehingga kita mengetahui berapa jumlah pakan yang dimakan oleh ikan.  Jika pakan ternyata habis semua, maka tambahkan pakan, misalnya tambah 1 kg.  Sampai terdapat sisa pakan sehingga akhirnya kita mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan.  Jumlah pakan tersebut biasanya tidak berubah untuk jangka waktu 5-7 hari.  Jadi selama periode tersebut jumlah pakan yang sudah kita hitung pada awal dapat menjadi patokan. 

Pada penerapan pemberian pakan sehari-hari, jumlah pakan bisa berubah sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Nafsu makan ikan dipengaruhi oleh suhu air, jika cuaca sedang hujan atau suhu air rendah (karena mendung atau angin) biasanya nafsu makan ikan akan turun. Jika terjadi kondisi demikian maka dosis pemberian pakan harus dikurangi 5-10 % dari dosis normal.

Pada saat memberikan pakan kita juga harus memperhatikan kondisi ikan, misalnya pengamatan terhadap kesehatan ikan dari aktivitas renangnya dan kondisi tubuh luar (kulit/sisik) ikan. Kita juga dapat memperkirakan pertumbuhan ikan. Jika ikan terlihat lambat pertumbuhannya maka perlu dihitung ulang teknik pemberian pakannya atau kita perlu mengamati lebih jauh terhadap mutu pakan yang digunakan.

Jika ikan terlihat sehat, nafsu makan tinggi dan pertumbuhan ikan cepat maka perlu kita coba untuk menaikkan dosis pakan secara perlahan. Peningkatan dosis pakan secara terkendali akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Pengurangan atau penambahan dosis pakan sekitar 5-10 % dari dosis normal. Jika ikan tumbuh normal dan terlihat sehat maka setelah 7-10 hari dosis pakan dapat ditambah 10 %.

Pertumbuhan ikan memang bisa dipacu dengan memberikan pakan lebih banyak, tetapi untuk itu diperlukan beberapa syarat. Pertama, mutu benih ikan pada awal tebar harus baik, sehingga secara genetis ikan tersebut mempunyai kemampuan tumbuh cepat. Kedua, mutu air kolam harus dalam keadaan baik, terutama suhu air dan kandungan oksigen terlarut dalam air. Pemberian pakan yang berlebih akan meningkatkan konversi pakan (menurunkan efisiensi pakan), sehingga biaya pakan akan meningkat. Oleh karena itu harus diperhitungan betul jika ingin mempercepat waktu panen dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan.

Rabu, 13 Mei 2020

JENIS-JENIS IKAN NILA UNGGUL

Berikut ini adalah jenis-jenis ikan nila unggul hasil penelitian yang telah mendapat sertifikasi:

1. Ikan Nila Best (Bogor Enhanched Strain Tilapia)

Ikan nila BEST merupakan ikan hasil pemuliaan menggunakan karakter keunggulan dalam pertumbuhan. Ikan ini dihasilkan melalui proses penelitian yang dilakukan Tim Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor dan telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (Dr. Ir. Fadel Muhammad).

Ikan ini memiliki ketahan terhadap terhadap penyakit 140% lebih baik dari ikan yang ada di masyarakat. Fekunditas 3-5 kali dari ikan masyarakat, sintasan 84,4-93,3%. Angka itu lebih tinggi 8% dibandingkan nila lokal di karamba jaring apung. Pengujian terhadap ketahanan lingkungan yang dilakukan pada media bersalinitas menunjukkan bahwa ikan nila BEST dapat hidup dengan baik hingga salinitas 15 ppt. Pertumbuhan 2 kali lipat dari ikan yang ada di masyarakat. Pertumbuhan mencapai 300-500 g dalam waktu 4 bulan.

2. Ikan Nila Srikandi (Salinity Resistant Improvement from Sukamandi)

Ikan nila Srikandi adalah ikan nila yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi. Ikan ini telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (Sharif C. Sutardjo) pada 2012. Ikan nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus), menjadi solusi tepat untuk memanfaatkan lahan-lahan sub optimal di sepanjang pesisir tersebut. Selain toleransi yang tinggi terhadap lingkungan bersalinitas hingga ≤ 30 ppt, nila Srikandi mampu tumbuh cepat di perairan payau dan tahan terhadap penyakit.

3. Ikan Nila Nirwana 2 (Nila Ras Wanayasa)

Ikan nila Nirwana merupakan nila hasil pengembangan dari Balai Pengembangan Benih Ikan Wanayasa yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat. Nirwana merupakan singkatan dari Nila Ras Wanayasa. Keunggulan nila Nirwana dibandingkan dengan nila biasa, yaitu pertumbuhannya yang cepat karena dalam waktu enam bulan dapat mencapai bobot 1 kilogram. Kemudian bentuk tubuh yang lebih lebar dan kepala lebih pendek serta struktur daging lebih tebal.Ikan nila nirwana 2 telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2012. Ikan nila nirwana 2 memiliki pertumbuhan 15% lebih tinggi dari generasi pertama. Pertumbuhan lebih tinggi dari nila lokal yang ada di masyarakat.

4. Ikan Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapia)

Ikan nila gesit dengan kromosom YY memiliki keunggulan, yakni 98-100 persen turunannya berkelamin jantan. Sedangkan keunggulan secara ekonomis yaitu nila gesit memiliki pertumbuhan yang cepat, yakni lima hingga enam bulan untuk mencapai berat 600 gram.

5. Ikan Nila Jatimbulan

Ikan nila jenis ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis PBAT Umbulan yang terletak di Pasuruan Jawa Timur. Keunggulan nila ini adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa dan struktur dagingnya yang lebih kenyal.

6. Ikan Nila Larasati (Nila Merah Strain Janti)

Ikan nila Larasati merupakan nila hasil perekayasaan oleh PBIAT Janti, Klaten. Ikan ini merupakan persilangan antara nila hitam dengan nila merah. Keunggulan nila Larasati yaitu pertumbuhannya seperti nila merah sedangkan reaksi pakannya seperti nila hitam, pemeliharaan lebih cepat, dagingnya lebih banyak dan kelangsungan hidup tinggi.

Selasa, 12 Mei 2020

PERTIMBANGAN MEMULAI USAHA BUDIDAYA IKAN

Ada banyak pilihan untuk memulai suatu usaha akuakultur atau budidaya ikan. Pilihan utama adalah kemudahan dalam memasarkan hasil dan nilai ekonomis dari ikan yang kita pelihara.  Jenis-jenis ikan air tawar yang umum dipelihara di kolam adalah ikan nila, mas, gurami (gurame), lele, dan patin.

Kelima jenis ikan ini biasanya mudah dijual karena bisa kita temukan di pasar-pasar tradisional. Selain itu ikan-ikan ini juga mudah dipelihara dan bibitnya relatif mudah didapat.  Sebagai langkah awal disarankanmemelihara ikan nila dan gurami, kedua jenis ikan ini sangat disukai oleh masyarakat Indonesia dimanapun juga sehingga akan mudah untuk menjualnya.

Langkah pertama adalah memanen semua ikan yang masih ada dan mengeringkan kolam pekarangan.  Penjemuran dasar kolam dilakukan supaya tanah dasar kolam jadi “segar” kembali, jika terlalu banyak lumpur di dasar kolam sebaiknya dilakukan pengangkatan lumpur tersebut ke tanggul kolam. Dasar kolam yang berlumpur dan tidak segar menjadi sarang penyakit dan menurunkan produktifitas kolam.

Jika kolam tidak dapat kering (karena hujan) dibuat saluran air kecil di dasar kolam untuk mengumpulkan air di satu tempat dekat pembuangan. Setelah itu dasar kolam ditaburi kapur CaCO3 atau kapur pertanian secara merata, untuk kolam yang miliki membutuhkan 25-30 kg kapur.

Jika kolam dapat dikeringkan, setelah dikapur dilanjutkan dengan pemupukan dasar kolam, yaitu dengan pupuk ammonium fosfat 0,6 kg dan urea 0,3 kg.  Supaya kedua pupuk dapat ditebar merata maka perlu dilarutkan terlebih dulu dengan air dalam ember, dengan cara ini akan memudahkan untuk menyebarkan pupuk secara merata. 

Jika kolam tidak dapat dikeringkan maka tidak perlu dilakukan pemupukan dasar tetapi kolam dapat langsung diisi air. Kolam diisi air setinggi kurang lebih 40-50 cm, dibiarkan 3-5 hari hingga berwarna hijau.  Jika makanan alami (plankton) tidak tumbuh maka dilakukan pemupukan dengan urea.

Benih ikan nila (ikan nila berbeda dengan mujair) bisa didapatkan dengan mudah karena banyak pembudidayaikan memelihara nila di Limboto. Dipilih benih yang sehat dengan ukuran rata, sebaiknya digunakan benih agak besar yaitu ukuran 15- g/ekor atau lebih dari 10 cm.  Untuk tahap awal jumlah benih yang ditebar kira-kira 1.000–1.500 ekor.

Ikan mulai diberi makan pelet sehari setelah ditebar. Gunakan pelet apung sehingga mudah memantau kecukupan makan ikan.  Jika ikan sudah kenyang maka pelet akan tersisa di permukaan air kolam.  Ikan diberi makan 2-3 kali sehari, pakan diberikan sedikit demi sedikit supaya tidak terbuang percuma. Pemberian pakan jangan terlalu banyak sebab ikan nila juga dapat memanfaatkan makanan alami yang terdapat dalam kolam. Gunakan pakan ikan dengan kandungan protein 20-24 %. 

Ikan nila dapat mulai dipanen setelah berukuran 200 g atau lebih besar. Untuk mencapai ukuran tersebut dibutuhkan waktu 3-4 bulan.  Perkiraan hasil yang didapat sebanyak 150-250 kg, jumlah pakan yang diberikan berkisar antara 200-300 kg.

Dapat menambah hasil kolamnya dengan menebarkan ikan gurami bersama ikan nila.  Benih gurami yang ditebar berukuran 50-100 g/ekor, jumlahnya jangan terlalu banyak yaitu sekitar 150-200 ekor saja. Ikan gurami dapat diberi makan daun talas atau daun singkong yang tumbuh di pinggir kolam.  Ikan gurami kemungkinan dapat dipanen dalam waktu 6 bulan dengan perkiraan hasil 50-75 kg.

Jumat, 08 Mei 2020

AROMA PAKAN IKAN

Pellet
Bau atau aroma pakan memang seringkali menjadi perhatian para pembudidaya ikan, pakan yang baunya kurang tajam biasanya tidak disukai oleh pembudidaya. Bau pada pakan berasal dari bahan baku yang terkandung di dalam pakan, sesuai dengan resep atau formula dari pakan tersebut.

Pakan dengan kandungan protein yang rendah biasanya berisi banyak sumber nabati, seperti dedak, tepung kedelai, tepung gandum dan sebagainya. Pakan jenis ini biasanya tidak berbau amis, karena kandungan unsur hewaninya rendah. Jika pakan sudah berumur agak lama cenderung berbau apek. Pakan seperti ini tidak disarankan untuk diberikan pada ikan lelenila, atau mas. Tetapi pakan ini dapat diberikan untuk ikan bandeng, ikan gurami, atau bahkan ikan bawal air tawar.

Bau amis pada pakan ikan terutama berasal dari tepung ikan atau tepung cumi. Tepung tulang yang sering digunakan sebagai sumber protein pada pakan ikan tidak banyak berperan dalam menghasilkan bau amis pada pakan.

Meskipun pakan berbau amis tetapi tidak selalu berhubungan langsung dengan nafsu makan ikan. Adakalanya ikan lebih tertarik pada bau pakan tertentu meskipun baunya tidak terlalu amis. Minyak ikan dan minyak cumi merupakan atraktan yang baik, tetapi bau yang dihasilkan tidak amis seperti tepung ikan. Tepung ikan yang sudah terfermentasi atau mengalami pembusukan akan menghasilkan bau amis yang lebih tajam, tetapi mutu proteinnya mungkin sudah menurun sehingga kualitas pakan yang dihasilkan kurang baik.

Bau pakan yang khas akan meningkatkan nafsu makan ikan, artinya ikan akan terangsang dengan cepat untuk mengkonsumsi pellet yang diberikan. Tetapi jumlah pakan yang dimakan oleh ikan bergantung dari nilai nutrisi yang terkandung di dalam pakan. Ikan bisa saja makan dengan cepat dan terlihat rakus, tetapi akan segera berhenti makan jika dirasa sudah “kenyang”.

Sementara itu pertumbuhan ikan bergantung dari nilai gizi pakan yang dikonsumsinya dan tidak berhubungan dengan jumlah pakannya atau kecepatan dari ikan tersebut menghabiskan makanan. Meskipun ikan terlihat rakus dan makanan cepat habis tetapi belum tentu pertumbuhannya lebih baik.

Meskipun demikian jika pakan yang diberikan dapat cepat dimakan oleh ikan maka pakan tidak terbuang dengan percuma. Bahan yang mudah larut, seperti vitamin, tidak akan terbuang ke dalam air dengan sia-sia karena pakan cepat dimakan oleh ikannya. Jadi pakan akan lebih efisien dan air kolam tidak cepat rusak karena pakan yang terbuang.

Sumber Informasi: Trobos Aqua