|
Sortir Benih Lele |
Faktor
pemicu kanibalisme pada lele antara lain:
Kekurangan
pakan
Pakan
merupakan pemicu utama kanibalisme pada lele. Menurutnya, jumlah pakan yang
tidak memenuhi kebutuhan menyebabkan lele berperilaku agresif dan memangsa
temannya sendiri. Oleh karena itu, ia menyarankan agar kebutuhan pakan
tercukupi. Pemberian pakan tersebut dapat dilakukan tiga kali sehari. Pagi
sekitar pukul 09.00—10.00, petang sekitar pukul 06.00, dan terakhir pukul 22.00
malam.
Bobot
biomassa lele perlu di-cek setiap 10 hari sekali. Caranya dengan pengambilan
sampel. Selanjutnya, ikan ditimbang, lalu dikalikan dengan jumlah populasi
total yang ada dalam satu kolam. Kemudian, pakan sebanyak 5% dari total
biomassa ikan ditebarkan merata ke seluruh kolam setiap harinya.
Selain
itu, secara teratur perlu mengaplikasikan probiotik. Pemberiannya bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pencampuran dengan pelet ikan dan bisa
dicampurkan langsung ke dalam air kolam.
Pemberian
pakan tambahan selain pelet, misalnya ayam yang mati, tidak mempengaruhi sifat
kanibalisme. Namun, untuk lele berukuran 10 cm, ayam sebaiknya direbus terlebih
dahulu. Sementara untuk lele berukuran lebih besar, ayam cukup dibakar saja.
Pemberian pakan tambahan ini untuk menyiasati kebutuhan protein ikan yang
tinggi. Di samping itu, jika pasokan ayam tidak tersedia, bisa menggunakan
sosis afkir yang banyak tersedia.
Ukuran
tak seragam
Sifat
kanibalisme bisa dipicu ukuran tubuh yang tidak seragam. Akibatnya, lele
berukuran lebih besar cenderung memangsa ikan yang berukuran lebih kecil. Oleh
karena itu, lele yang dipelihara dalam satu kolam diupayakan memiliki ukuran
tubuh yang seragam.
Tebar
benih dalam kolam yang sama sebaiknya berasal dari benih berumur sama.
Pasalnya, lele berumur sama cenderung memiliki besar tubuh yang hampir sepadan.
Meskipun demikian, hal ini tidak menjamin bahwa ukuran ikan akan seragam
seterusnya karena berbagai faktor. Sebagian lele tumbuh lebih cepat dari pada
yang lainnya. Untuk itu, kegiatan penyortiran ikan harus dilakukan, paling
tidak setiap 2 minggu sekali.
Penyortiran
bisa dilakukan dengan menggunakan ember khusus sortir. Dengan demikian, akan
didapatkan ukuran ikan yang seragam dalam satu kolam yang sama.
Kondisi
air kolam
Kondisi
air kolam, bening dan keruhnya, bisa mempengaruhi tingkat kanibalisme. Air yang
bening membuat jarak pandang lele lebih jauh. Mengurangi jarak pandang ikan
bisa menurunkan tingkat kanibalisme pada lele. Caranya dengan membuat air kolam
budidaya agak keruh, misalnya dengan menerapkan sistem budidaya bioflok, red
water system (sistem mikrobia penyangga atau system budidaya air merah), dan
cara lainnya.
Keruh
bukan berarti air tersebut kotor karena banyak mengandung sisa pakan dan
kotoran yang tak terurai. Namun, air yang berwarna keruh ini lebih karena
kehadiran bakteri atau alga yang menguntungkan bagi pertumbuhan ikan.
Padat
tebar tinggi
Padat
tebar tinggi tanpa disertai sistem yang mendukung bisa memicu terjadinya
kanibalisme pada ikan lele. Dalam kondisi demikian, kompetisi antar-ikan dalam
mendapatkan makanan akan sangat tinggi. Begitu pun juga dalam mendapatkan ruang
gerak dan kebutuhan lainnya. Tingkat kompetisi yang tinggi mendorong
kanibalisme.
Namun,
selama sistemnya mendukung, padat tebar tinggi tidak menjadi masalah. Untuk
menyiasati padat tebar yang tinggi, dapat dipraktikkan system budidaya air
merah (red water system) dengan aplikasi probiotik yang dibuat dengan gula
merah.
Stres
lingkungan
Stres
lingkungan bisa menjadi pemicu sifat kanibalisme lele. Lele yang stres
cenderung bersifat agresif. Jika faktor mendukung, sifat kanibal lele muncul
sehingga mereka bisa memangsa temannya sendiri yang berukuran lebih kecil.
Beberapa
faktor lingkungan bisa menyebabkan lele mengalami stres, antara lain fluktuasi
suhu, lingkungan air yang buruk, serta kurangnya pasokan oksigen. Padat tebar
yang terlampau tinggi tanpa dilengkapi sistem yang mendukung bisa menyebabkan
penurunan kualitas air, antara lain rendahnya kadar oksigen terlarut.
Akibatnya, lele menjadi stres dan mendorong munculnya kanibalisme.
Faktor
pemicu stres lainnya adalah lingkungan sekitar kolam budidaya. Idealnya, kolam
budidaya dibuat di tempat yang tenang, jauh dari keramaian kendaraan, dan
lalu-lalang orang. Kondisi lingkungan yang ramai dan gaduh bias memicu stres
lingkungan dan pada akhirnya meningkatkan kanibalisme.