Pada dasarnya penyebab menurunnya hasil produksi antara lain bisa bersumber dari mutu air, lingkungan, benih, pakan, dan kelimpahan penyakit ikan (bakteri, parasit, maupun virus).
Menurunnya
hasil produksi dapat dilihat dari pertumbuhan ikan yang lambat. Misalnya
biasanya dalam waktu 65 hari ikan sudah bisa dipanen dengan ukuran rata-rata
250 g/ekor atau 4 ekor/kg. Tapi sekarang mungkin baru bisa dipanen setelah
berumur 80 hari, berarti ada selisih 15 hari. Menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan
turun sekitar 23%. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang utama adalah mutu
air, benih, dan pakan. Menurunnya hasil produksi juga bisa disebabkan karena tingginya tingkat
kematian ikan selama pemeliharaan. Kematian yang tinggi pada saat awal
pemeliharaan biasanya disebabkan oleh mutu benih, penanganan saat panen benih,
transportasi benih, dan aklimasi penebaran benih.
Jika kematian terjadi sedikit demi sedikit tetapi sepanjang masa pemeliharaan
maka kemungkinan disebabkan karena mutu air yang kurang baik selama masa
pemeliharaan. Sedangkan kematian yang terjadi mendadak sekaligus dalam
jumlah banyak biasanya disebabkan menurunnya mutu air atau serangan
penyakit.
Untuk mengatasi masalah maka faktor yang menjadi penyebab harus diketahui,
dan faktor penyebab tersebut mungkin lebih dari satu seperti yang kami jelaskan
di atas. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengamatan dan
pencatatan terhadap setiap kejadian kematian ikan.
Kolam mana saja yang mengalami kematian, bagaimana tanda-tanda ikan sebelum
mata (warna tubuh, kondisi sisik ikan, ada/tidak ada luka, gerakan ikan sebelum
mati, dan lainnya). Termasuk apakah ada tanda-tanda perubahan mutu air (warna,
kekeruhan, bau air, dan lainnya), maupun kondisi cuaca baik di lokasi kolam
maupun di hulu (hujan, banjir, panas terik, dan lainnya).
Langkah kedua adalah memeriksa kondisi secara lebih mendalam. bisa minta bantuan petugas dinas perikanan
untuk mengukur mutu air dan memeriksa kondisi kesehatan ikan ke laboratorium
kesehatan ikan terdekat. Jika ternyata mutu air memang menurun maka
beberapa tindakan harus dilakukan, diantaranya:
- Membuat saringan agar sampah dari saluran irigasi tidak masuk ke dalam kolam dan selalu membersihkan sampah tersebut dan membuangnya ke darat. Jangan membuang sampah kembali ke saluran irigasi.
- Menjaga kebersihan lingkungan kolam
- Mengatur kepadatan ikan, kolam yang dekat dengan saluran masuk bisa ditebar ikan sedikit lebih banyak dibandingkan kolam di belakangnya.
- Menurunkan padat tebar benih secara menyeluruh. Kepadatan ikan dalam kolam bukan ditentukan oleh jumlah benih ikan yang ditebar tetapi ditentukan oleh panen yang dihasilkan. Jika selama ini hasil panen rata-rata 3.000 kg/kolam, maka kepadatan benih sekitar 500 kg.
- Mengamati dengan cermat pemberian pakan agar tidak berlebihan. Pakan yang berlebihan mengakibatkan kolam menjadi kotor. Kita tidak bisa memacu pertumbuhan ikan dengan memberikan lebih banyak pakan. Pertumbuhan ikan mempunyai batas maksimal yang dipengaruhi oleh mutu ikan (genetik ikan), air, dan pakan.
Jika kematian ikan disebabkan karena penyakit, maka harus diidentifikasi jenis
penyakitnya. Ikan sakit bisa disebabkan oleh parasit (cacing dan
lainnya), bakteri, atau virus. Penyakit akibat virus tidak bisa diobati,
hanya bisa dicegah dengan vaksin. Penyakit karena bakteri kadang bisa "diobati" dengan antibiotik. Tetapi penggunaan antibiotik harus sesuai dengan saran
dari dokter hewan atau sesuai petunjuk obat tersebut. Jika penggunaannya
tidak tepat maka pengobatan akan sia-sia, bahkan bisa membuat bakteri kebal
terhadap antibiotik.
Selain itu sebagian besar antibiotik sekarang dilarang digunakan untuk
pengobatan ikan karena membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsi ikan
tersebut. Oleh karena itu lebih baik mencegah dari pada harus mengobati ikan
yang sakit. Salah satu cara untuk mencegah ikan sakit adalah dengan
meningkatkan ketahanan tubuh ikan dari dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar