Rabu, 14 Juli 2021

KARAKTERISTIK KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA PERIKANAN

Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan

Kelembagaan pelaku utama perikanan adalah kumpulan para pelaku utama yang terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar ikan yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan.

Kelembagaan pelaku utama kegiatan perikanan dapat berbentuk kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau korporasi. Kelembagaan pelaku utama kegiatan perikanan tersebut berbentuk:

1)    KUB yang dibentuk oleh nelayan;

2)    POKDAKAN yang dibentuk oleh pembudi daya ikan;

3)    POKLAHSAR yang dibentuk oleh pengolah dan pemasar ikan;

4)    KUGAR yang dibentuk oleh petambak garam;

5)    POKMASWAS yang dibentuk oleh masyarakat dalam rangka pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.

Karakteristik kelembagaan kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan dapat dilihat dari kondisi masyarakat serta pengelolaan sumberdaya alam yang meliputi:

ü  Penerapan tekonologi perikanan dikembangkan dengan memperhatikan kondisi spesifik lokasi.

ü  Kelembagaan pelaku utama perikanan lebih bekerja dan berusaha dengan pendekatan partisipatif dan kekeluargaan.

ü  Penanganan bidang perikanan dipengaruhi oleh sumberdaya perikanan yang dinamis, kompleksitas fisik perairan.

ü  Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada digunakan pendekatan kawasan dan pendekatan wilayah.

ü  Pelaku utama kelautan dan perikanan mayoritas pada usaha skala kecil sehingga kurang mendapat akses pembangunan dan model kelembagaan lebih ditujukan kepada peran aktif masyarakat sebagai subyek pembangunan di wilayahnya.

Kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan yang efektif dan baik harus memiliki 5 buah ciri-ciri sebagai berikut:

1)    Merupakan kelompok kecil yang efektif (kira-kira 20 orang) untuk bekerja sama dengan :

a.    Belajar teknologi, manajemen usaha perikanan dan sebagainya

b.    Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya

c.    Berproduksi dan memelihara kelestarian sumberdaya alam

d.    Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama

2)    Anggotanya adalah pelaku utama yang berada di dalam lingkungan pengaruh seorang kontak pelaku utama

3)    Mempunyai minat dan kepentingan yang sama terutama dalam bidang usaha perikanan

4)    Para anggota biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam tradisi/kebiasaan, domisili, lokasi usaha, status ekonomi, bahasa, pendidikan dan usia

5)    Bersifat informal, artinya :

a.    Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan mereka sendiri.

b.    Memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, meskipun tidak tertulis.

c.    Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas

Terbentuknya sebuah kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan di suatu wilayah tertentu diharapkan akan merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dalam upaya untuk menuju ke arah terciptanya pelaku utama yang tangguh, yaitu mampu mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri, menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada.

Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Mandiri dicirikan dengan ikatan yang terbentuk pada kelompok tumbuh berkembang menuju kemampuan kelompok untuk mengatur dan mengarahkan diri sendiri dengan memanfaatkan, mengolah dan mengelola optimalisasi potensi sumberdaya untuk kesejahteraan anggotanya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 14 Tahun 2012 bahwa penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku utama perikanan merujuk kepada lima tolok ukur, yaitu

1)    perencanaan,

2)    kemampuan berorganisasi,

3)    akses kelembagaan,

4)    kemampuan wirausaha, dan

5)    kemandirian. 

Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Mandiri terklasifikasi menjadi 2 kelas, yaitu :

a)    Kelompok Madya, dengan batas nilai skoring 351 s.d 650, dan

b)    Kelompok Utama, dengan batas nilai skoring 651 s.d 1.000.

Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Mandiri secara umum memiliki ciri sebagai berikut :

1)    Adanya aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama dalam bentuk AD/ART;

2)    Adanya pertemuan/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan. Pertemuan yang diadakan secara berkala dan berkesinambungan akan berdampak pada terjadinya keakraban anggota, terjadinya forum diskusi untuk memecahkan masalah-masalah dalam berusaha dan langkah-langkah pemecahan secara bergotong royong;

3)    Tersusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh pelaksana sesuai kesepakatan bersama, dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, Rencana kerja kelompok ini dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK)/Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK);

4)    Memiliki pencatatan/pengadministrasian yang rapi, baik administrasi umum/kesekretariatan, maupun administrasi keuangan sampai ke tingkat seksi;

5)    Memiliki kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir, Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan memberi kemudahan bagi anggota untuk memperoleh sarana produksi, pengolahan, dan pemasaran;

6)    Memiliki usaha secara komersial dan berorientasi pasar, dalam hal ini kelompok memberi informasi akan komoditas yang dibutuhkan pasar dan mengupayakan kemudahan agar anggota dapat mengusahakan komoditi tersebut;

7)    Tersedianya pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para pelaku utama perikanan pada umumnya dan anggota kelompok pada khususnya, Dalam hal ini kelompok dapat melaksanakan kegiatan pengembangan usaha perikanan bekerjasama dengan sumber teknologi seperti lembaga penelitian, penyuluh, swasta, dll;

8)    Terjalinnya kerjasama antara kelompok dengan pihak lain. Kerjasama dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan seperti pengembangan teknologi, penyediaan sarana produksi dan pemasaran;

9)    Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. Kegiatan usaha kelompok dapat berupa pelayanan jasa saprokan, jasa pemasaran, jasa penjualan saprokan, jasa simpan pinjam, jasa keahlian dari anggota kelompok seperti membuat pakan ikan.

Selasa, 13 Juli 2021

BUDIDAYA GURAMI DI KOLAM TERPAL

Budidaya Gurami di Kolam Terpal

Usaha budidaya ikan gurami dapat dilakukan sesuai dengan kondisi modal. Dari modal kecil sampai yang modal besar pun bisa untuk mengembangkan usaha budidaya ikan gurami ini. Oleh karena itulah usaha budidaya ikan gurami ini terbuka untuk siapa saja. Bagi yang tak memiliki lahan yang cukup ikan gurami bisa dibudidayakan dengan menggunakan kolam dari terpal. Ikan gurami pada dasarnya membutuhkan air yang cukup. Dengan membuat kolam dari terpal anda bisa membuatnya walaupun di lahan yang sempit. Asalkan anda sabar merawatnya maka ikan gurami tetap tumbuh dengan baik.

Kolam ikan gurami dengan terpal dapat dibuat secara fleksibel sesuai dengan lahan yang ada dan di mana saja. Misalnya di pekarangan rumah, di sawah, dan lain-lain. Jika kolam terpal ukurannya tidak terlalu besar tentu saja tidak bisa menampung ikan gurami dalam jumlah yang besar. Jika dipaksakan tentu akan banyak mengalami kematian. Jadi jumlah ikan harus di sesuaikan dengan ukuran kolam. Untuk ukuran kolam 1 m2 dengan kedalaman 90 cm kira-kira bisa diisi dengan 10 ekor gurami dengan berat 2.5 ons. Jika ikan gurami sudah semakin besar maka jumlahnya harus dikurangi.  Jika tidak maka perlu penambahan filter air yang memadai, caranya adalah dengan mengalirkan air kolam terpal dengan pompa ke suatu sistem filter, setelah melalui filter air masuk kembali ke kolam.

Cara budidaya ikan gurami di kolam

1. Produksi telur.

Untuk bisa menghasilkan telur gurami yang baik pertama kali harus dilakukan seleksi induk, dimana ciri Induk yaitu :

a. Induk jantan

  • Dahi agak menonjol menyerupai cula
  • Dasar sirip dada terang keputihan
  • Dagu berwarna kuning dan agak menonjol
  • Jika diletakan ditempat datar ekornya naik ke atas
  • Jika ditekan perlahan kelaminnya mengeluarkan sperma
  • Sangat baik untuk dijadikan induk berumur antara 3-7 tahun

b. Induk betina

  • Dahi rata
  • Dasar sirip dada gelap kehitaman
  • Dagu kurang menonjol
  • Ujung sirip ekor bundar
  • Sangat baik dijadikan induk antara 2,5-6 tahun

Sangat berbeda dengan jenis ikan lain dimana untuk telur gurami sudah bisa di jual dengan harga Rp 40-50 / butirnya. Biasanya dalam 1 induk gurami yang berukuran 2,5 3,5 kg bisa menghasilkan 2.000 - 5.000 telur gurami.

2. Produksi hasil pendederan

Untuk ukuran hasil pendederan pada ikan gurami terbagi ke dalam beberapa jenis ukuran diantaranya :

  1. Ukuran 2-3 cm umur 40 sd 50 hari dari telur dengan harga jual Rp 300-Rp 400/ ekor
  2. Ukuran 4-5 cm umur 50 sd 60 hari dari ukuran 2-3 cm dengan harga jual Rp 800-Rp1.000/ ekor
  3. Ukuran 6-7 cm Umur 50 sd 60 hari dari ukuran 4-5 cm dengan harga jual Rp 1700–Rp 2.000/ekor.
  4. Ukuran 7-9 cm Umur 50 sd 60 hari dari ukuran 6-7 cm dengan harga jual Rp 2.500-Rp3.000/ekor

Untuk fase produksi tersebut di atas sebenarnya tidak ada ketentuan khusus dalam masa pemanenan, dalam arti pada saat konsumen membutuhkan ukuran sesuai dengan keinginan walaupun belum berusia di atas 50 hari masa pemeliharaan pembudidaya bisa menjualnya.

3. Produksi hasil pembesaran

Tebar benih gurami masa pembesaran biasanya berukuran antara ukuran 2 - 3 ons dimana jangka waktunya antara 3 - 4 bulan masa panen. Ukuran masa panen pembesaran dalam jangka waktu tersebut biasanya berukuran kisaran 5 ons - 1 kg. Melihat hal tersebut diatas maka ada baiknya kita membagi ke dalam 3 kelompok budidaya diantaranya kelompok pembenihan, pendederan dan pembesaran. Dengan pembagian kelompok tersebut maka budidaya gurami tidak akan dirasa lama.

Senin, 12 Juli 2021

PENYAKIT IKAN GURAMI DAN CARA PENGENDALIANNYA

Ikan Gurami Terserang Penyakit
     Penyakit Mata Belo 

Penyakit mata belo disebabkan oleh cacing biasanya menyerang bagian insang dan kulit. Gejala yang terlihat oleh serangan penyakit ini adalah ikan terlihat lemah, mengambang di permukaan, tidak mau makan, dan warna kulit berubah menjadi pucat.

Penyakit mata belo diakibatkan oleh kualitas air yang tidak baik, wadah terlalu sempit sementara padat tebar yang terlalu banyak, kurangnya suplai cahaya matahari dan oksigen, dan suhu kolam yang terlalu rendah. Gurami menyukai air yang hangat yang terkena sinar matahari langsung, agar kondisi air stabil dan oksigen tersedia perlu ditambahkan sirkulasi air dengan menggunakan pompa atau aerator.

Padat tebar gurami idealnya 20 ekor/m3. Jika padat tebar terlalu tinggi maka akan rentan terkena berbagai macam penyakit dan penyakit mata belo ini penyebarannya sangat cepat melalui media air. Jika melihat gurami dengan ciri-ciri yang disebutkan di atas segera ikan diambil sebelum menularkan penyakit pada ikan lainnya.

Pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengobati mata belo ialah dengan memberikan garam dapur ke dalam kolam sebanyak 200 - 300 gr/m3 air di pagi hari dan menghentikan sirkulasi air selama 24 jam kemudian esok harinya diganti dengan air baru atau dapat juga menggunakan formalin yang dimasukkan kedalam kolam ikan dengan dosis 40 mg/m3 air diamkan selama 24 jam, kemudian ganti air keesokan harinya.

Penyakit Jamuran 

Penyakit jamur umumnya disebabkan oleh kualitas air yang buruk dan kurangnya kolam terkena sinar matahari langsung. Penyakit jamur akan sangat sulit dikendalikan bila sudah terserang apalagi terkena serangan berat dapat menyebabkan 70% ikan akan mati. Selain itu penyakit jamur termasuk penyakit yang tergolong sangat cepat menular pada ikan lainnya. Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik langsung dan media air kolam.

Penyakit jamur disebabkan oleh jamur dari jenis Saprolegnia dan Achyla, gejala dapat dilihat dari sisik yang berubah warna, seperti ada benang-benang putih di sekujur tubuh, kehilangan nafsu makan, ikan terlihat lemas, dan sering mengapung pada permukaan kolam.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengambil ikan yang terkena penyakit dan memasukkan dalam wadah yang telah diberi garam dengan dosis 400 gr/m3 diamkan selama 24 jam, kemudian air diganti dengan yang baru. Lakukan pengobatan tersebut sampai ikan benar sehat dan tidak ada lagi terlihat jamur pada permukaan kulit.

Penyakit TBC

Penyebab dari penyakit ini adalah suhu kolam yang terlalu dingin, kurangnya oksigen, perubahan suhu yang ekstream, dan gas amonia dari sisa pakan dan kotoran. Bukan tidak mungkin jika keadaan kolam seperti di atas tingkat kematian gurami dapat mencapai angka di atas 80%. Kualitas air kolam yang tidak baik dan cuaca ekstream menyebabkan ikan gurami mudah stress dan keadaan kolam yang seperti ini sangat dimanfaatkan bakteri Mycobacterium sp untuk berkembang biak. 

Seperti yang diketahui penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Myobacterium sp terutama dari bakteri jenis fortuitum. Gejala yang paling sering terlihat ialah nafsu makan yang menurun drastis, kulit terlihat gelap, dan terlihat bercak merah. Serangan berat dapat mengakibatkan benjolan-benjolan kecil pada tubuh ikan dan perut ikan juga terlihat ikut membengkak.

Penyakit TBC pada gurami termasuk penyakit mematikan dan sulit untuk diobati, namun jika melihat gejala-gejala awal yang ditimbulkan bisa saja ikan ini diobati dengan cara memisahkannya dari yang sehat, kemudian diberi perlakuan khusus dengan memberikan larutan antibiotik 10 mg - 20 mg/kg ikan. Penyakit ini membutuhkan waktu yang lama sekitar 6 bulan untuk dapat disembuhkan.

Penyakit Kutu Ikan 

Penyakit kutu ikan disebabkan oleh parasit jenis Argulus indicus yang berupa seperti udang renik. Parasit ini menempel pada tubuh ikan dan menghisap darah dan cairan pada ikan gurami. Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dan biasanya parasit ini muncul akibat kualitas air yang buruk. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit pada air yang sudah diberi garam dengan dosis 20 gr/m3 selama 20 s/d 30 menit.

Penyakit pada Insang 

Penyakit yang paling sering terlihat pada insang ialah penyakit myxsosporeasis yang disebabkan oleh parasit Henneguya sp dan Thellohanelus. Penyakit ini rentan terjadi pada benih ikan berumur 1-2 bulan, gejala yang terlihat terjadi pembengkakan pada bagian insang dan badan ikan. Biasanya penyakit ini disebabkan oleh kualitas air yang buruk, kadar oksigen yang rendah dan padat tebar terlalu tinggi.

Untuk sementara ini belum ada antibiotik yang benar-benar efektif untuk mengendalikan parasit jenis ini. Cara yang biasa dilakukan ialah dengan mengambil ikan yang sakit dan merendam dalam larutan yang berisi formalin dengan dosis 20 mg/m3.

Penyakit pada Sirip Ikan 

Penyakit ini biasa disebut columnaris yang disebabkan oleh parasit Flexybacter columnaris menyerang bagian sirip dan insang ikan. Gejala yang tampak terlihat dari serangan bakteri ini ialah insang terkelupas, sirip rontok, nafsu makan menurun, dan pergerakan ikan menjadi lambat.

Penyakit ini biasa disebabkan oleh suhu yang tidak stabil, kandungan oksigen yang rendah pada air kolam, dan kondisi air kolam yang tidak baik, bisa juga dari peralatan kolam yang tidak steril. Oleh karena itu peralatan yang digunakan dapat disterilkan dulu dengan menggunakan larutan alkohol dan untuk pengobatan dapat menggunakan baytril 8-10 ppm direndam selama 24 jam.

KESIMPULAN 

Faktor kualitas air dan ketersediaan oksigen dalam kolam menjadi hal yang paling utama agar gurami terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat mengakibatkan kematian pada gurami. Selain itu pastikan padat tebar kolam tidak terlalu tinggi maksimal 20 ekor/m3. Sirkulasi air menjadi sangat penting jika ingin membudidayakan ikan gurami. Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Mengobati penyakit pada ikan membutuhkan banyak biaya dan memperpanjang waktu budidaya.

Selasa, 06 Juli 2021

PEMIJAHAN IKAN DISKUS

Merawat Calon Induk

Untuk akuarium dengan ukuran 80 x 40 cm dapat diisi calon induk sebanyak 24 ekor diskus yang menginjak remaja. Kriteria calon induk ikan diskus yang baik yaitu: calon induk harus sehat, sisik tersusun rapi, sirip tidak cacat ditunjang dengan bentuk yang bulat. Gerakannya wajar, tidak menyentak-nyentak ataupun terlalu lamban. Mata menonjol wajar, tidak melotot. Pilih diskus yang paling bongsor.

Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari dengan cacing sutra ataupun jentik-jentik nyamuk. Makanan alami yang masih hidup ini harus dibersihkan dahulu sebelum diberikan kepada diskus. Hal ini dilakukan untuk menghindari bibit penyakit. Selain itu akuarium perlu dibersihkan 3 hari sekali untuk membuang sisa makanan dan kotoran yaitu dengan cara cukup disifon dengan menggunakan selang

Akuarium pemeliharaan ini sebaiknya dilengkapi dengan filter sudut, selain dengan aerator yang secara rutin mengeluarkan gelembung udara. Untuk mengetahui suhu air setiap saat dipasang thermometer, sehingga dapat diambil langkah pencegahan sedini mungkin jika terjadinya kenaikan suhu maupun penurunan suhu secara drastis.

Seleksi Induk

Membedakan kelamin diskus dapat dilihat dari bentuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina mempunyai bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dan bibir bawah. Sedangkan jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk hidung agak bengkok, dan ujung sirip punggungnya meruncing.

Jika dilihat warna badan, maka akan terbukti induk jantan mempunyai badan yang lebih berwarna-warni dibandingkan dengan yang betina. Selain itu warnanya menyebar ke seluruh tubuh, ini dapat dibuktikan terutama pada Green Diskus. Betina Green Diskus mempunyai sedikit warna pada wajah dan badannya sedangkan jantan berwarna cerah seluruhnya.

Melihat gerakannya, rata-rata jantan mempunyai gerakan reflek lebih dominan dibandingkan dengan betina. Ini akan terlihat dari responnya menerima makanan. Jika diberikan makanan ke dalam akuarium, jantan akan menunjukan ketangkasannya dengan mencapai makanan lebih dulu.           

Cara yang di anggap paling tepat untuk membedakan jantan dan betina dengan cara melihat langsung alat reproduksi masing-masing induk. Karena alat kelamin ini tidak besar, cara satu-satunya dengan menggunakan kaca pembesar. Ikan jantan mempunyai alat kelamin agak runcing, sedangkan yang betina berbentuk lebar dan bulat. Di dalam akuarium pemeliharaan biasanya mereka akan memilih sendiri pasangannya lalu memisahkan diri dari kelompoknya. Pasangan inilah yang diambil untuk dijadikan induk.

Induk yang Sudah Berpasangan

Antara spesies yang satu dengan lainnya, waktu yang di perlukan untuk mencapai kematangan kelamin tidak sama. Brown misalnya, memerlukan paling sedikit 12 bulan sebelum bertelur. Lain dengan Blue Green yang rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan. Sedangkan Red membutuhkan waktu antara 15-20 bulan sebelum mau bertelur. Silangan diskus dari berbagai spesies rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan.

Untuk menjamin ketersediaan oksigen dan menguapkan karbondioksida ke dalam akuarium dimasukkan aerator. Selain itu juga diberikan heater untuk menjaga kestabilan suhu yang dikehendaki. Sebaiknya heater ini dipasang pada sisi belakang akuarium jangan sampai mengganggu gerakan dan penglihatan diskus. Dan jangan lupa memasang thermometer di dalam akuarium guna untuk memudahkan dalam pengecekan suhu.

Lokasi Akuarium

Carilah tempat yang tenang, namun menerima cahaya cukup dan sirkulasi udara lancar. Hindarkan penempatan akuarium di tempat yang banyak dilewati orang. Kebiasaan melempar segala macam makanan ke dalam akuarium sebaiknya ditinggalkan. Gerakan yang mengagetkan apalagi dilakukan dengan cepat akan membuat diskus ketakutan.

Proses Pemijahan

Induk Ikan Diskus yang sudah berpasangan dipisahkan dan ditempatkan dalam aquarium pemijahan. Dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intens, sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan tempat bertelur berupa pipa PVC. Sebelum proses perkawinan berlangsung biasanya induk diskus secara bersama akan membersihkan substrat (tempat menempelnya telur). Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakkan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik, rata-rata akan menghasilkan 100-200 butir telur. Terkadang mencapai 300-400 butir, tetapi ada juga yang hanya menghasilkan 50-75 butir.

Induk Diskus Meletakkan Telur

Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat. Selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih. Dalam waktu 6 hari sejak proses pemijahan selesai, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa. Induk diskus dapat dipijahkan kembali setelah satu bulan. Jika telur dipisahkan induk diskus dapat bertelur dalam sebulan 5-6 kali.

Pemeliharaan Larva

Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara penetasan telur dan perawatan larva. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah:

a. Pemeliharaan larva secara alami

Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan. Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah. Larva diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu mulai diberi makanan hidup berupa naupli Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan.

b. Pemeliharaan Larva dengan Inang asuh

Penetasan telur secara buatan dilakukan dengan cara telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon. Ambil ± 5 ekor larva kemudian masukkan kedalam akuarium induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan. Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut.

Induk Diskus Merawat Larva

c. Pemeliharaan larva secara buatan

Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan ke dalam baskom plastik dengan cara disifon, secara perlahan-lahan larva yang ada di baskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva. Pada tahap awal, makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebih dahulu dengan putih telur agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan setiap tiga jam sekali selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa diberi makan Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan dengan ukuran 1-1,5 inci.

Larva Dirawat tanpa Induk

Senin, 05 Juli 2021

MENGENAL IKAN DISKUS

Salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki peluang yang cukup cerah dan banyak digemari konsumen adalah ikan Diskus. Diskus (Symphysodon diskus) yang dijuluki raja ikan hias air tawar dan banyak para hobiis memberi julukan “The King Of Akuarium”. Ikan diskus bukan asli ikan Indonesia, aslinya ikan ini berasal dari sungai Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang dan Rio Negro, Peru, dan Columbia. Dulunya di negara tersebut dikonsumsi sebagai pangan seperti layaknya ikan-ikan lain.

Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. Ikan ini mempunyai bentuk tubuh pipih dan agak membundar seperti cakram, mempunyai warna dasar tubuh yang menarik dengan garis-garis berombak beraneka ragam tak teratur mulai dari dahi sampai ke samping perut, selain itu terdapat garis-garis hitam vertical yang berjajar dari mata sampai ke pangkal ekor. Diskus termasuk ikan bertubuh cantik dan mampu menyaingi corak dan warna ikan laut. Di kalangan pembudidaya ikan hias, ia dikenal sebagai penyabar yang suka mengalah, damai adalah kesukaannya. Itulah alasannya mengapa lebih senang dipelihara tersendiri. Jenisnya bermacam-macam, pasarannya pun cukup bagus. Diskus juga mempunyai kebiasaan memijah yang unik. 

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Diskus

Mengenai klasifikasi Ikan Diskus, ada sedikit perdebatan dari para ahli dan banyak orang mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya. Beberapa ahli perikanan berpendapat, terdapat dua speseis diskus yang asli, yaitu: Symphysodon discus dan Symphysodon aequifasciata. Spesies pertama berdiri tunggal, sedangkan yang disebutkan terakhir mempunyai beberapa sub spesies. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa semua diskus harus dimasukan dalam satu grup yang sama, Symphysodon.

Ikan ini dilengkapi dengan keindahan warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram. Warnanya sangat unik dan menarik sesuai dengan strain dan keturunannya.

Morfologi Ikan Diskus

Habitat dan Penyebarannya

Habitat alami ikan discus adalah air tergenang, aliran airnya lambat, dangkal, bersih dan umumnya berada di daerah sungai dan danau yaitu di daerah Sungai Amazon di Brazilia, Colombia, Peru, dan Venezuela. Discus hidup pada air ber pH 5 – 6 dengan kesadahan 10 – 30 ppm dan suhu 28 – 30 oC, dan kandungan oksigen terlarut ≥ 5 ppm, tetapi ikan diskus bisa toleran sampai 2 ppm.

Jenis-Jenis Diskus dan Strainnya

Ada empat jenis diskus yang berlainan, yang sering di temukan di perairan alamnya. Penyebarannya di alam aslinya dari keempat jenis diskuks ini tidak sama. Dari keempat jenis diskus inilah didapatkan diskus strain baru. Adapun jenis-jenis diskus yang ditemukan di alam, adalah diskus yang mempunyai ciri-ciri seperti di bawah ini :

Symphysoodon aequifasciata Pellegrin

Ikan ini dikenal sebagai Green Diskus. Green Diskus mempunyai dua tipe. Yang pertama disebut Teffe Green sebab ia berasal dari danau teffe dekat Amazon. Warna dasar Teffe Green coklat tua (merah) hingga kuning keemasan. Di sekujur tubuhnya dihiasi garis berwarna hijau muda dan hijau tua yang memanjang. Pada sirip-siripnya dihiasi warna merah pada pinggirnya. Tipe kedua dikenal sebagai Peruvian Green mempunyai warna yang kurang cerah. Warna dasarnya sama dengan tipe pertama, merah kecoklatan hingga keemasan. Sirip-siripnya pun dihiasi warna merah pada pinggirnya. Hanya saja pada sekujur badannya masih dihiasi dengan bintik-bintik merah. Diskus ini dikenal sebagai diskus yang terkuat dari diskus liar. Pertama kali dikumpulkan dari daerah Peru. Green Diskus mampu tumbuh hingga panjang total badannya mencapai 30 cm.

Green Discus

Symphysodon discus (Heckle)

Diskus Heckle sering disebut sebagai Red Discus atau Poumpadour discus. Namun tidak jarang orang memanggilnya sebagai Heckee Discus atau Poumpadour Fish. Ikan ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Johan Heckel pada tahun 1840 di Rio Negro dekat Manaus, Brazil. Untuk mengabadikannya, maka ikan ini mempunyai panggilan akrab Heckel Diskus, sedangkan nama ilmiah diberikan oleh penemunya adalah Symphysodon discus. Garis-garisnya berombak tidak teratur, yang mulai dari dahi sampai perut. Pada keseluruhannya badannya dipotong-potong oleh garis berwarna hitam. Dari sembilan buah garis yang ada, tiga diantaranya tampak jelas. Sedangkan lain-lainnya hanya tampak samar-samar. Dengan matanya yang tampak selalu merah itu, diskus ini dapat dengan mudah untuk dibedakan dengan kerabatnya. Jenis ini hanya dapat mencapai panjang total 15 cm.

Red Discus

Symphysodon aequifasciata axelrodi

Jenis yang ketiga ini adalah Symphysodon aequifasciata Laxelrodi yang dikenal sebagai Brown Discus.  Suku kata terakhir dimaksudkan untuk mengenang Dr. Herbert R. Axelrod yang telah banyak jasanya dalam pengembangan budidaya diskus. Warna dasar tubuhnya cokelat tua sampai gelap, dengan 9 buah garis vertical memotong sekujur badannya, tidak ketinggalan kepalanya. Garis biru terlihat memanjang dari dahi kepunggung hiongga mencapai sirip ekor, dan diakhiri dengan warna merah. Ikan ini dating dari Belem di muara sungai Amazon. Panjang total tubuhnya mencapai 13 cm.

Brown Discus
Symphysodon aequifasciata haraldi

Jenis terakhir adalah Symphysodon aequifasciata haraldi yang dikenal sebagai Blue discus. Pertama kali ditemukan dekat Manaus. Sekujur tubuhnya ditutupi oleh garis-garis pendek berwarna biru, dengan kekecualian pada sirip dubur dan punggung tepinya berwarna merah. Ikan ini dapat mencapai panjang total 20 cm, dengan kematangan kelamin terjadi pada ukuran setengahnya.

Blue Discus