Kamis, 09 Juni 2022

PARAMETER FISIKA PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN

1). Suhu Air

Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan mempengaruh laju pertumbuhan, laju metabolisme, aktifitas tubuh, syaraf ikan dan kelarutan oksigen dalam air. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan/udang tergantung pada jenis ikanyang dibudidayakan. Perubahan suhu yang terjadi dapat distabilkan atau dikembalikan pada kondisi semula dengan melakukan penambahan air baru (menurunkan suhu) dan menutup atap dengan terpal atau plastik yang menyerap panas untuk menaikkan suhu. Kisaran suhu normal yang optimal bagi pemeliharaan ikan/udang berkisar 27 – 32 C dengan suhu optimal 28-30 C, dengan perbedaan suhu harian maksimal 2 C. Suhu rendah dibawah normal (dibawah 26 C), dapat menyebabkan ikan/udang kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya pada suhu yang terlalu tinggi ikan dapat mengalami stres pernafasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen. Apabila suhu meningkat sampai melebihi 32 C dan apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantn air sebanyak 20% dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian air hendaknya dilakukan secara perlahan dan peningkatan aerasi. Pengukuran suhu dilakukan 2x sehari yaitu pagi hari jam 05.00-06.00 dan sore hari jam 17.00-18.00 dengan menggunakan alat termometer (gambar 1)

Termometer Air

2). Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk (gambar 2).7

Secchi Disc

Kecerahan menunjukan tingkat kepadatan suspensi terlarut dan plankton. Cara menggunakan piring secchi disk adalah dengan menenggelamkannya di media budidaya sampai secchi disk mulai tidak kelihatan (a) selanjutnya ditarik secara perlahan sampai secchi disk mulai kelihatan (b). Untuk mengetahui tingkat kecerahan maka nilai (a) ditambah nilai (b) dan dibagi dua, itulah nilai tingkat kecerahan air.

Kecerahan diukur secara rutin 2x/hari yaitu pada pagi hari jam 09.00 dan sore hari jam 15.00 WIB. Kecerahan air dipertahankan pada kisaran 30 – 40 cm. Kepadatan plankton kurang (kecerahan > 45 cm) dilakukan pemupukan susulan dengan pupuk organik komersial dengan kandungan nutrien lengkap dosis 0,2 – 0,5 ppm (2 – 5 liter/kg) atau anorganik dengan dosis 2 – 3 ppm (20 – 30 kg/ha). Pemupukan susulan dapat dilakukan 5 – 7 hari sekali hingga plankton tumbuh.

Sebaliknya bila plankton padat (kecerahan <30 cm) dapat dilakukan pengenceran dengan air baru atau menghambat pertumbuhan plankton dengan perlakukan pemberian kapur Ca(OH)2 dosis 3 ppm bila pH air kurang dari 8 pada pagi hari (jam 06.00). Pengapuran jenis Ca(OH)2 dapat mengikat CO2 sehingga dapat memperlambat pertumbuhan fitoplankton.

Pupuk organik merupakan sumber nutrien mikro yang dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi sangat penting, dapat digunakan pupuk organik komersial dengan kandungan yang lengkap. Sumber nutrien phospat (P2O5) dapat digunakan pupuk TSP atau SP-36. Sedangkan sumber nitrogen dapat digunakan pupuk Urea atau Natrium Nitrat. Penggunaan pupuk Urea sebagai pupuk susulan harus diperhitungkan jumlah sesuai dengan kondisi lahan. Urea dengan cepat akan terurai membentuk amonia yang tidak diinginkan karena dapat menyebabkan: 1) menjadi racun atau toksin pada ikan; 2) dirubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang menyebabkan pH turun; dan 3) Proses nitifikasi menyerap jumlah besar kelarutan oksigen.

Berdasarkan proses ini disarankan lebih baik menggunakan pupuk Natrium Nitrat sebagai sumber nitrogen. Pertumbuhan plankton pada saat budidaya secara visual ditandai dengan adanya perubahan warna air dari awalnya bening menjadi berwarna (hijau muda/coklat muda dan kemudian menjadi hijau/coklat dan seterusnya), perubahan ini disertai dengan menurunnya transparansi. Kejadian8 tersebut merupakan indikasi dari meningkatnya ukuran sel dan bertambah banyaknya jumlah sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kepadatan plankton

Fitoplankton dalam jumlah tertentu dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas kolam, namun dalam jumlah yang besar (blooming) menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem kolam. Oksigen terlarut dan pH air akan berfluktuasi, bahkan beberapa jenis fitoplankton menghasilkan racun bagi ikan. Jika kecerahan air kurang dari 30 cm, perlu ada treatmen untuk memperbaiki kondisi kolam. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain : ganti air, turunkan feeding rate, optimalkan aerasi untuk mencegah die off fitoplankton, dan gunakan ikan herbivora/pemakan plankton seperti ikan nila.

Dalam usaha pembesaran, air media pemeliharaan sebaiknya tidak diganti hingga masa panen. Kecuali jika kondisi perairan mengalami perubahan drastis, paling tidak selama 10 hari pertama sejak penebaran benih, air media tidak boleh kemasukkan atau terkontaminasi air dari luar. Karena akan mengubah pH air, suhu, warna air dan kandungan mikrobiotik serta akan mengundang patogen atau penyebab penyakit. Jika hal ini terjadi, akan mengakibatkan kematian secara massal. Kondisi air selama 10 hari merupakan kondisi air yang ideal bagi ikan. Kondisi ini harus dipertahankan. Selama 10 hari tersebut, mungkin volume air berkurang sedikit demi sedikit. asal kekurangan air tidak melebihi 0,5 meter tidak masalah, tidak perlu ditambah air.

3). Warna Air

Warna air menunjukan jenis plankton yang dominan dalam air. Warna air yang baik adalah hijau muda, hijau kecoklatan menunjukkan dominasi plankton Chloropiceae dan Diatomae. Air yang sehat menunjukkan warna air yang stabil antara pagi hari dan sore hari. Warna air yang tak stabil (berubah-ubah) antara pagi dan sore menunjukkan plakton didominasi jenis zooplankton, yang kurang baik untuk pemeliharaan udang. Pengecekan warna air dilakukan secara rutin pada pagi hari jam 09.00 dan sore hari jam 15.00 WIB, dengan menggunakan plankton net.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar