Kamis, 12 Mei 2022

PARAMETER KIMIA AIR PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN

1). Derajat Keasaman (pH)

Tolok ukur menentukan kondisi suatu perairan adalah pH (puisance negative de H / derajat keasaman). Derajat keasaman suatu perairan menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen perairan tersebut. Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktifitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian

Untuk mengetahui nilai pH suatu perairan dapat digunakan pH meter atau kertas lakmus. Nilai pH untuk pemeliharaan ikan adalah 6 – 9. Pengukuran pH dilakukan 2 x/hari yaitu pada pagi hari jam 05.00 – 06.00 dan sore hari jam 17.00-18.00.

pH meter

Kertas Lakmus

2). Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut yaitu salah satu parameter penting dalam sistem budidaya. Konsentrasi dan kesediaan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat dibutuhkan ikan dan organisme air lainnya untuk hidup. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan konversi pakan serta mengurangi daya dukung perairan. Menurut (Murwantoko et al., 2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai kadar okisgen 2,2 – 4,3 mg/l masih dalam kategori baik untuk ikan gurami, karena ikan gurami memiliki alat bantu pernafasan. Menurut Wulandari et al. (2014) oksigen terlarut kurang dari 1 mg/l menyebabkan kematian bagi ikan dan jika dibiarkan lama ikan tidak dapat bertahan hidup. Kandungan oksigen terlarut yang optimal bagi ikan adalah > 4 ppm. Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) yang rendah (< 4 mg/l) dalam air menyebabkan gangguan pada ikan/udang, mulai dari penurunan nafsu makan, timbulnya penyakit sampai terjadi kematian.

Penyebab DO rendah dalam perairan antara lain: (a) Kematian Plankton (die off), yaitu plankton mengalami kematian mendadak secara massal (die off). Pada kondisi ini konsentrasi oksigen terlarut akan mengalami penurunan yang drastis (depletion), dan berakibat fatal bagi udang jika terjadi pada waktu malam (Boyd,10 1990). Kondisi ini dapat terjadi apabila terjadi blooming plankton yang ditandai dengan rendahnya kecerahan air (<30 cm). Beberapa indikasi kematian plankton secara umum antara lain cepatnya perubahan air menjadi lebih jernih (dalam waktu beberapa jam), kecerahan meningkat drastis diikuti dengan perubahan warna air dari hijau menjadi coklat dan timbul busa di permukaan air. Tindakan korektif biasanya terbatas pada penggantian air, aplikasi kapur untuk mengikat karbondioksida, dan penambahan aerasi sampai kondisi membaik, biasanya membutuhkan waktu 2-3 hari. (b). Blooming Plankton, yang ditandai dengan kecerahan <30 cm akan menyebabkan konsentrasi oksigen mencapai puncaknya pada siang hari bahkan bisa mencapai over saturation dan mencapai titik terendah pada waktu malam sampai pagi hari. Hal ini disebabkan pada waktu malam hari semua organisme air termasuk fitoplankton menggunakan oksigen (untuk respirasi) yang dapat mencapai 60% sampai 80% konsumsi oksigen di kolam (Boyd, 1990). (c). Cuaca Berawan, sinar matahari dan fitoplankton melalui fotosintesis merupakan sumber terjadinya hampir semua oksigen terlarut dalam air (kolam). Karena itu cuaca berawan atau hujan satu atau dua hari hari apalagi kalau terjadi beberapa hari berturut-turut tanpa sinar matahari akan mengurangi fotosintesis yang berarti munculnya kondisi oksigen terlarut yang rendah (Wurts, 1993). (d). Overturns atau pembalikan air di kolam yang disebabkan oleh angin atau hujan deras bisa menimbulkan kondisi oksigen terlarut rendah dengan jalan mencampur air berkualitas rendah dari dasar kolam (anaerob) dengan air berkualitas baik di permukaan (Wurts, 1993). (e) Dekomposisi Bahan Organik oleh bakteri membutuhkan oksigen terlarut sehingga dasar kolam sering dalam kondisi anaerob. Akumulasi limbah yang berlebihan dapat mengakibatkan turunnya oksigen terlarut secara drastis yang biasanya terjadi pada malam atau pagi hari yang bisa menimbulkan oksigen rendah dalam kolam sehingga dapat membahayakan ikan yang dipelihara.

Untuk mengetahui nilai DO suatu perairan dapat digunakan DO meter atau DO teskit. Pengukuran DO dilakukan 2 x/hari yaitu pada jam 05.00 – 06.00 dan sore hari jam 17.00-18.00.

DO meter

3). Nitrogen

Nitrogen didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Sedangkan nitrogen organik adalah nitrogen yang berasal bahan berupa protein, asam amino dan urea.

Agar supaya phitoplankton dapat tumbuh dan berkembang biak dengan subur dalam suatu perairan, paling sedikit dalam air itu harus tersedia 4 mg/l nitrogen (yang diperhitungkan dari kadar N dalam bentuk nitrat), bersama dengan 1 mg/l P dan 1 mg/l K. Kadar N dalam bentuk NH3 dipakai juga sebagai indikator untuk menyatakan derajat polusi. Sebaiknya kadar amonia didalam wadah budidaya ikan tidak lebih dari 0,2 mg/l (ppm). Kadar amonia yang tinggi ini diakibatkan adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan pupuk pertanian. Pengukuran kadar amonia dan nitrit dilakukan dengan membawa sampel air ke laboratorium lapangan dengan sistim titrasi.

4). Salinitas

Salinitas air tambak diamati secara rutin terutama pada saat akan dilakukan penambahan atau pergantian air tambak. Pengamatan salinitas menggunakan salinometer atau hand refraktometer. Salinitas tergantung pada kondisi daerah tambak dan musim. Namun demikian penambahan atau pergantian air tidak merubah salinitas harian secara drastis lebih 3 ppt untuk menghindari stres pada udang. Pada musim kemarau dapat dilakukan penambahan air 2-5 % per hari untuk mengurangi peningkatan salinitas. Pengukuran salinitas dilakukan dengan metode refraktosalinometri. Alat yang digunakan adalah Refraktosalinometer. Prinsip kerja alat ini adalah dengan memanfaatkan refraksi. Refraksi atau pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Sebelum digunakan, refractometer harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi menggunakan air bersih dilakukan untuk mengetahui kinerja alat. Pada bagian kaca prisma ditetesi air bersih lalu diamati melalui eye piece layar display hingga pembacaan menunjukan angka nol (0), lalu permukaan prisma dikeringkan dengan tissue.

Air sampel yang berada diperairan diambil dan kemudian ditetesi pada bagian kaca prisma, lalu prisma ditutup. Pastikan air sampel menyebar secara merata dan tidak ada gelembung udara dipermukaan prisma. Skala salinitas dapat dilihat melalui eye piece yang menunjukkan angka salinitas.

Pengukuran salinitas menggunakan refractometer dan dilakukan pada pagi hari pukul 05:00 sampai 06:00.

5). Alkalinitas

Alkalinitas berperan sebagai penyangga (buffer) perairan terhadap penambahan asam dan basa. Alkalinitas dibutuhkan oleh bakteri nitrifikasi maupun fitoplankton untuk pertumbuhannya. Alkalinitas juga berperan dalam molting udang. Tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan alkalinitas adalah pengapuran dengan CaCO3, CaMg(CO3)2, dan Ca(OH)2. Dalam air senyawa tersebut akan bereaksi dengan karbondioksida menghasilkan bikarbonat (HCO3-) sebagai ion utama pembetuk alkalinitas. Pengukuran kadar alkalinitas dilakukan dengan membawa sampel air ke laboratorium lapangan dengan sistim titrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar