Sabtu, 08 Desember 2018

PEMIJAHAN GURAMI


Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam permanen. Satu petak kolam pemijahan luasnya 25 – 50 m2, apabila kolam yang akan digunakan terlalu luas maka kolam tersebut dapat disekat dengan menggunakan anyaman bambu (jaro). Bentuk kolam sebaiknya empat persegi panjang atau mendekati bentuk tersebut.
Kolam dibuat pada lahan terbuka, memperoleh sinar matahari yang cukup, kalau memungkinkan lokasi kolam pemijahan dipilih yang tenang dan sepi. Kolam mendapatkan pengairan yang cukup baik dan higienis dalam kondisi mengalir secara terus menerus.

Perlengkapan Kolam Pemijahan:
Sosog: 
Sebagai tempat sarang terbuat dari bambu, dipasang agak miring ke atas kurang lebih 10 cm di bawah permukaan air, jumlah sosog sama dengan jumlah induk betina. Apabila kolam pemijahan permanen lubang pemijahan dapat dibuat permanen pada dinding kolam, bentuk dan letaknya dapat disesuaikan.
Anjang-anjang:
Adalah tempat untuk meletakkan bahan sarang, terbuat dari bilah-bilah bambu yang dianyam (lubang anyaman 10 x 10 cm). Ukuran atau luas anjang-anjang ini 1 x 1 m2 dan dipasang mendatar tepat di atas permukaan air pada salah satu sudut kolam.
Bahan Sarang:
Terbuat dari ijuk yang halus, serat karung atau serabut kelapa yang sudah dibersihkan dan diletakkan di atas anjang-anjang. Banyaknya bahan sarang ini kurang lebih 1 kg/1 stel induk.
Tata Laksana Pemijahan:
          Untuk pemijahan ikan Gurami urut-urutan pekerjaannya adalah sebagai berikut:
  1. Kolam dibersihkan dari rerumputan atau sampah, kalau memungkinkan kolam tidak dibuat berlumpur dan tidak poreus, selanjutnya kolam dijemur selama 5 – 7 hari.
  2. Masukkan air jernih, aturlah agar kedalaman air kolam antara 60 – 100 cm, biarkan air tetap mengalir walaupun debit airnya kecil.
  3. Selanjutnya perlengkapan pemijahan seperti sosog, anjang-anjang, dan bahan sarang dipasang pada tempat yang sesuai dan benar.
  4. Dua atau tiga hari kemudian induk-induk yang sudah terpilih dimasukkan, satu petak kolam pemijahan hanya diisi dengan 1 stel induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dengan 3 – 4 ekor betina.
  5. Pakan yang diberikan harus cukup setiap hari pakan dapat berupa pellet dan atau daun-daunan yang lunak seperti daun keledai, talas atau kajar, hindari pemberian pakan yang banyak mengandung lemak, misalnya bungkil kelapa dan hindari pula pemberian daun ubi kayu.
  6. Apabila ada induk yang siap memijah, maka mereka akan membuat sarang di dalam sosog. Pembuatan sarang dilakukan bersama antara induk jantan dan induk betina.
  7. Tanda-tanda telah terjadi pemijahan antara lain:
    • Apabila sarang ditusuk dengan lidi maka akan keluar gelembung lemak dan berbau amis atau anyir.
    • Sarang dijaga oleh induknya 
    • Lubang sarang telah ditutup
  8. Biarkan induk tadi berada dalam kolam pemijahan. Bila frekuensi pemijahan sudah mencapai 4 kali memijah setiap induk betina (4 kali bersarang) pindahkan induk-induk tadi ke kolam penampungan induk yang terpisah antara induk jantan dan induk betina. Kemudian kolam pemijahan tadi diolah kembali, lumpur dibuang, kemudian dikeringkan, peralatan yang sudah rusak diganti, baru kemudian induk-induk tadi dimasukkan kembali.
  9. Satu induk Gurami biasanya dapat menghasilkan 2000 – 6000 butir telur, tetapi ada juga yang mencapai 10.000 butir telur tergantung dari kualitas induk, berat induk, umur dan kualitas lingkungan serta pakan yang diberikan.
  10. Setelah terjadi pemijahan, oleh induknya telur yang telah dibuahi disimpan dalam sarang dan dijaganya sampai telur-telur tadi menetas dan berkembang menjadi larva yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar