Kamis, 11 Agustus 2022

JENIS-JENIS PENYAKIT IKAN

Di antara penyakit yang disebabkan oleh parasit yang perlu diketahui adalah tanda-tanda serangan serta cara penanggulangannya seperti berikut ini.

a. Bintik putih

Gejalanya berupa bintik-bintik berwarna putih sehingga disebur penyakit bintik putih (white spot). Bagian tubuh ikan yang menjadi sasarannya adalah sel-sel pigmen, Sel darah, dan sel lendir. Bila yang diserang bagian kepala, terutama permukaan insang, ikan biasanya akan sesak napas dan lama-kelamaan mati. Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan ikan gatal-gatal. Jika serangannya menghebat, tak jarang terjadi perdarahan yang menandakan bahwa sel - sel darah dirusaknya. Sering juga ikan yang diserang penyakit bintik putih memperlihatkan gejala banyak mengeluarkan lendir atau warna tubuhnya menjadi pucat.

Pengendalian

Penyakit bintik putih sangat sulit diberantas karena pada tahap parasiter parasit ini hidup terbungkus selaput sel lendir ikan. Jadi larutan obat tidak dapat meresap ke dalam parasit tanpa merusak selaput lendir ikan yang bersangkuran. Dengan demikian, pemberantasan yang efektif hanya bisa dilakukan dengan jalan memutus rantai hidupnya. Parasit ini akan melepaskan diri dari tubuh ikan setelah 8 hari menempel. Selama itu pula tersedia kesempatan mengobati ikan yang sakit. Caranya adalah sebagai berikut:

1). Buatlah larutan baku obat tersebut dengan mencelupkan 1 g metil biru ke dalam 100 cc air bersih. Sementara itu disiapkan pula wadah yang cukup besar (bak semen atau Waskom plastik) untuk merendam ikan-ikan yang sakit.

2). Isilah wadah yang akan digunakan dengan air bersih dan teteskan larutan baku obat metil biru 2 - 4 cc untuk setiap 4 liter air.

3). Masukkan ikan-ikan yang sakit. Biarkan selama 24 jam.

4). Pengobatan diulang selama 3 - 5 kali selang 1 hari, menggunakan larutan obat baru setiap kali mengobati.

Pengobatan yang lebih murah menggunakan larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 1 - 3% atau 1 - 3 g garam dapur dalam 100 cc air bersih. Rendam ikan-ikan yang diobati selama 5 - 10 menit kemudian dipindahkan ke dalam air bersih. Demikian seterusnya, setelah ikan kelihatan segar kembali perendaman bisa diulang 2 - 3 kali. Setelah pengobatan, usahakan air yang masuk ke tempat pemeliharaan dapat mengalir terus-menerus disertai pemberian pakan yang cukup jumlah maupun mutunya.

b. Lernaea

Lernaea bisa masuk ke komplek perkolaman melalui aliran air pada stadia nauplius, atau lernaea dewasa yang terbawa oleh ikan seribu (Lebistes reticulatus) sebagai vektor (inang pembawa). Akibat serangannya, kulit ikan menjadi luka dan membengkak. Bila parasitnya dicabut akan terlihat bekas lubang pada tubuh ikan sehingga ikan mudah terkena infeksi kedua oleh virus, bakteri, atau jamur. Ikan yang sudah parah karena lama ditempeli parasit ini badannya kurus. Parasit lernaea mudah sekali tumbuh dan berkembang biak pada kondisi lingkungan yang mengandung banyak bahan organik seperti sampah, sisa pemupukan atau sisa makanan. Juga dapat tumbuh pada bak atau kolam yang pengairannya tidak mengalir dan bersuhu tinggi. Agar pemberantasannya efektif, perlu diketahui sifat biologi terutama mengenai sikius hidupnya.

Telur-telur lernaea yang berada dalam kantong telur akan dikeluarkan setelah menetas dalam bentuk nauplius. Pada stadium nauplius, lernaea hidup bebas di dalam air seperti plankton. Setelah memasuki stadia copepodit, parasit ini mulai hidup di sekitar rongga mulut dan insang ikan. Selanjutnya pada stadia cyclopodid sudah terbentuk lernaea jantan dan betina kemudian lernaea betina melakukan pembunuhan terhadap lernaea jantan sehingga hanya lernaea betina saja yang hidup sampai dewasa.

Pengendalian

Usaha pemberantasan secara kimiawi dapat dilakukan terhadap lernaea pada stadia copepodid maupun cyclopodid sebah stadia tersebut sangat peka dengan obat-obatan. Jenis obat-obat yang dapat mematikan antara lain formalin (formaldehid murni/pro analisis) 25 ppm atau 2,5 cc formalin dicampur dengan 100 liter air bersih. Pengobatan melalui perendaman selama 10 menit dilakukan 2 - 3 kali berturut-turut dalam waktu 2 - 3 hari. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan dengan formalin yaitu 1). selama pengobatan harus di tempat teduh, 2). lama pengobatan tidak boleh lebih dan 10 menit, 3) ikan - ikan yang telah diobati harus ditempat¬kan pada air bersih, serta 4). larutan formalin 25 ppm bisa digunakan ulang 2 - 3 kali, asalkan tidak terjadi pengenceran.

Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) Bogor, menganjurkan pemberantasan lernaea secara langsung di tempat pemeliharaan menggunakan insekrisida golongan organofosfat, seperti Sumithion 50 EC, Dipterex, dengan konsentrasi 0,5 ppm melalui penyemprotan sebanyak 4 kali berturut - turut selang waktu 4 hari.

Kecuali pengobatan secara kimiawi, pemberantasan parasit Lernaea bisa dilakukan secara mekanis. Caranya dengan menggunting sampai purus parasit lernaca yang menempel atau menggantung pada tubuh ikan. Potongannya dikumpulkan kemudian dikubur dalam tanah. Untuk mencegah infeksi kedua pada ikan yang bersangkutan diobati dengan chloramphenicol atau tetraciclin. Obat ini berbentuk kapsul biasanya berisi 250 mg. Satu kapsul dilarutkan dalam 500 liter air. Ikan yang sakit direndam dalam larutan obat tersebut selama 2 - 3 jam. Pengobatan diulang sampai 3 kali dalam waktu 3 hari. Untuk mempercepat kesembuhan, ikan yang telah diobati diberi pakan secukupnya serta ditempatkan pada air bersih dan mengalir.

c.    Argulus

Ikan yang terkena infeksi memperlihatkan gejala pertumbuhan menurun sebah parasit ini mengisap cairan tubuh serta memakan sel-sel darah korbannya. Tidak jarang terjadi perdarahan akibat komplikasi serangan oleh jamur Achlya dan Saprolegnia.

Argulus menempel pada tubuh ikan dengan sangat kuat, tetapi dapat dilepaskan secara mekanis dengan pinset. Siklus hidupnya mulai dari masa bertelur sampai dewasa membutuhkan waktu 28 hari. Selama 12 hari adalah masa bertelur sampai menetas dan sisanya 16 hari digunakan untuk pertumbuhan sampai menjadi parasit dewasa. Telurnya bisa diletakkan pada batu-batu atau ranting tanaman yang ada di dasar perairan.

Pengendalian

Telur atau larva yang baru menetas bisa dimusnahkan dengan pengeringan kolam dan atau pemberian kapur. Pengobatan menggunakan obat-obat kimiawi yaitu ikan-ikan yang terkena parasit dimandikan dalam larutan Neguvon (1 g Neguvon/liter air) selama 10 - 30 detik. Selain dengan cara perendaman, pengobatan ikan berukuran besar dilakukan dengan cara mengusapkan bedak talk atau mercurochrome pada bagian tubuh ikan yang ditempeli parasit dengan bantuan kapas. Setelah diobati, ikan dimasukkan ke dalam tempat yang berisi air bersih mengalir sambil tetap diberi pakan secukupnya.

d.   Velvet

Tanda-tanda serangan penyakit velvet dapat diketahui dari adanya semacam karat berwarna kuning pada kulit ikan. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Qodinium. Sasaran utamanya adalah jaringan kulir dan sel - sel kulir ikan. Ada dua spesies penting dan Qodinium, yaitu Oodinium Lemniticum dan Oodinium pillularis.

Oodinium tumbuh menjadi dewasa dalam beberapa hari pada tubuh ikan. Oodinium berkembang biak dengan membentuk kista. Pada spesies tertentu, sebelum kista dibentuk, Oodinium melepaskan diri dari tubuh ikan dan tenggelam ke dasar perairan. Kista-kistanya diletakkan pada batu, tumbuhan air atau dinding akuanium. Di dalam kista, parasit ini akan berkembang kemudian kerika kisra pecah anak-anak Oodinium berhamburan melayang-layang di dalam air mencani inang baru (ikan). Bila dalam wakru 24 jam tidak menemukan inang, Oodinium akan mati.

Ikan-ikan yang terserang Oodinium memperlihatkan gejala kulit rusak dan terdapat lubang bekas gigitannya. Pada infeksi yang berat serangannya bukan hanya pada bagian kulit, tetapi bisa melebar pada rongga mulut bahkan ke insang sehingga insang menjadi bengkak.

Pengendalian

Cara terbaik untuk mengarasi penyakit velvet ini antara lain dengan melakukan karantina bagi ikan baru selama kurang lebih 10 hari sebelum dipelihara lebih lanjut. Ikan yang sudah terlanjur terinfeksi dapat diobati melalui perendaman menggunakan metil biru, quinine, atau sodium klorida. Dosis serta cara pengobatannya sama seperri pemberantasan penyakit bintik putih.

e. Cacing insang dan cacing kulit

Sasaran cacing insang (Dacrylogyrus) selain insang juga kulir, tetapi cacing kulit (Gyrodacrylus) semata-mata hanya menyerang kulit. Dua macam parasit ini selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Bila ikannya mati maka parasit ini siap mencari ikan lain. Tidak jarang tempat baru yang ditemukan adalah ikan-ikan yang telah dijangkiti parasit lain. Bila selama 10 jam setelah lepas belum juga menemukan ikan baru mereka akan mati.

Ikan yang terserang parasit Dactylogyrus frekuensi pernapasannya meningkat karena insangnya dirusak dan sering menimbulkan perdarahan. Namun, bila kulit ikan banyak mengeluarkan lendir, warna tubuh pucat, ikan lemas, tidak suka bergerak, serta sirip-sirip kuncup dapat dipastikan itu adalah akibat serangan parasit Gyrodacrylus.

Pengendalian

Untuk mengatasi parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus dilakukan dengan mengeringkan kolam dan atau menaburkan kapur. Dalam upaya mengurangi berjangkitnya penularan penyakit pada ikan lain dianjurkan untuk mengurangi padat penebaran. Jika infeksi terjadi sangat parah dan tidak mungkin bisa diselamatkan, lebih baik ikan dimusnahkan saja. Pengobatan bagi ikan yang belum terlalu parah sangat ampuh menggunakan formalin 25 ppm, caranya sama seperti pada pengobaran parasit lernaea.

f. Trichodina

Trichodina sering menyerang ikan yang sudah terjangkit parasit lain. Bagian badan yang diserang parasit ini menjadi pucat terkadang disertai dengan perdarahan dan bagian tubuh yang terinfeksi banyak mengeluarkan lendir. Namun, parasit Trichodina tidak menimbulkan kerugian yang besar.

Pengendalian

Usaha pengobaran bag ikan yang tertulari parasit Trichodina bisa dimandikan dalam larutan garam dapur (NaCl) 2,5% atau 2,5 g NaCl dalam 100 cc air selama 30 menit, dilakukan berturut-turut 3 kali selama 3 hari. Obat lain adalah larutan HCl quinine (1 g/50 liter air), ikan direndam selama 6 - 24 jam dalam larutan tersebut, sedangkan pengobatan dengan formalin konsentrasinya 25 ppm atau 2,5 cc formalin yang dicampurkan dengan 100 liter air bersih. Rendamlah ikan-ikan yang menderita sakit dalam larutan formalin selama 10 menit ditempat yang teduh, pengobatan diulang 2-3 kali dalam waktu 2 - 3 hari.

g.  Bakteri dan virus

Penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri dan virus belum banyak diketahui. Jenis bakteri yang sudah diketahui dan sering menimbulkan infeksi pada ikan antara lain bakteri Haemophiluspiscium dan beberapa spesies dan genus Aeromonas. Gejala umum yang diperlihatkan ikan yang terkena serangan bakteri dan virus yaitu ikan selalu dalam posisi vertikal di permukaan air atau bergerak berputar-putar atau miring. Terdapat kerusakan pada kulit seperti luka bakar, eksem, atau busuk seperti terkena cacar. Selain pada kulit juga seluruh sirip termasuk ekor tak luput dari serangannya hingga bentuk dan ekornya compang-camping, kadang-kadang yang tersisa tinggal jari-jarinya saja. Kalau yang diserang organ tubuh bagian dalam, perut ikan membengkak tidak normal dan bila dipijit akan keluar cairan kekuning-kuningan atau bahkan sering disertai dengan darah.

Bakteri dan virus bisa tumbuh subur pada wadah pemeliharaan yang kurang terawat secara baik. Oleh karena itu, menjaga dan mempertahankan tempat pemeliharaan tetap bersih dan sehat merupakan upaya pencegahan yang dapat menekan kerugian.

Pengendalian

Pengobatan ikan-ikan yang sakit bisa dilakukan melalui perendaman, pengusapan, atau pemberian pakan yang telah dicampur obat.

1). Perendaman

Jenis obat adalah antibiotik chioramphenicol, yaitu tetracyclin atau kemicitin. Obat tersebut dapat dibeli di apotik dalam bentuk kapsul beratnya 250 mg. Buatlah larutan dari obat tersebut 1 buah kapsul dicampur dengan 500 liter air bersih. Ikan yang sakit direndam selama 2 jam. Pengobatan ini dilakukan 3 - 5 kali berturut - turut selama 3 - 5 hari. Setiap kali selesai mengobati, ikan dipindahkan ke tempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.

2).   Usapan/olesan

Jenis obat yang digunakan adalah mercurochrome (obat merah) yang biasa dijual bebas dalam botol berkadar 2% mercurochrome. Obat merah tadi diencerkan 10 kali, yaitu 1 bagian mercurochrome dicampur dengan 9 bagian air. Ikan yang menderita luka diolesi obat yang telah diencerkan tepat pada bagian yang luka, selanjutnya dipindahkan ke tempat berair mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan tercuci.

3). Pemberian pakan

Pengobatan melalui pakan jarang dilakukan karena biasanya ikan yang sakit tidak mau makan. Pengobatan ini terutama ditujukan bagi ikan yang terinfeksi bakteri pada organ tubuh bagian dalam. Jenis obatnya adalah Tetramycin. Caranya, timbang Terramycin sebanyak 1,5 - 2,0 g lalu campurkan ke dalam 1 kg pakan. Pakan yang telah dicampuri obat diberikan kepada ikan sebanyak 3% dari berat total ikan per hari untuk pagi, siang dan sore hari.

h. Jamur

Ciri khas akibat serangan jamur adalah pada badan ikan terlihat ada benang-benang halus berwarna putih seperti kapas. Sasaran bukan hanya benih atau ikan dewasa, tetapi telur juga bisa terinfeksi. Penyerangan terjadi terutama pada ikan yang sebelumnya sudah terjangkiti parasit lain atau ikan mengalami luka fisik sehingga penyerangannya merupakan infeksi kedua. Infeksi yang parah mengakibatkan ikan berputar-putar waktu berenang. Bila tidak segera ditangani, ikan menjadi kurus dan ahkirnya mati.

Penyakit ini disebabkan oleh dua jenis jamur yaitu jamur Achlya dan Saprolegnia. Meskipun sikius hidup kedua jamur ini belum diketahui secara pasti, tetapi keduanya sangat berbahaya. Mewabahnya jamur ini sering teriadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi proses pembusukan. Serangannya menghebat terutama jika terjadi penurunan suhu air karena pada kondisi demikian ikan-ikan yang sehat pun akan terjangkiti maka secepatnya harus diambil tindakan pengobatan.

Pengendalian

Agar telur yang akan ditetaskan terbebas dan infeksi jamur sehingga hasil penetasan memuaskan, sebaiknya telur direndam dulu dalam larutan malachyte green 0,15 ppm. Larutan tersebut dapat dibuat dengan mencampurkan 150 mg malachyte green ke dalam 1.000 liter air bersih kemudian telur-telur direndam dalam larutan ini selama 30 - 60 menit.  Setelah itu, barulah telur dipindahkan ke tempat penetasan. Obat, dosis, dan cara pemberantasan jamur pada benih atau ikan dewasa sama seperti perendaman telur, tetapi pengobatannya diulang sampai 3 kali berturut - turut selama 3 hari.

Pengobatan dengan cara olesan bisa dilakukan pada ikan berukuran besar dengan mercurochrome 2% yang diencerkan 10 kali. Caranya sama seperti pemberantasan penyakit bakteri, tetapi sebelum dioleskan jamurnya digunting atau dicabuti dengan tangan. Setelah pengobatan, ikan ditempatkan dalam bak yang dialiri air agar sisa mercurochnome yang bersifat racun bagi ikan segera hilang.


Kamis, 04 Agustus 2022

PENYEBAB IKAN SAKIT

Terganggunya kesehatan ikan dapat pula diakibatkan oleh kondisi lingkungan seperti sifat fisika dan kimia air yang tidak cocok bagi ikan atau karena pakan yang tidak baik.

a. Kondisi pH

Kondisi pH yang dapat menggangu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap jenis ikan memperlihatkan respon berbeda terhadap fluktuasi perubahan pH, dan dampak yang ditimbulkannya pun bermacam - macam. Secara spesifik, keadaan pH akan berpenga­ruh dalam pemijahan ikan tertentu, seperti halnya dengan diskus hanya mau kawin dalam lingkungan sedikit asam yaitu pada pH 6, sedangkan kondisi optimal untuk penetasan telurnya pada pH 5. 

Di luar kondisi pH tersebut, pemijahan maupun penetasan telur diskus sering mengalami kegagalan. Oleh sebab itu, pengukuran pH untuk mengetahui pola perkembangannya perlu dilakukan agar dicapai produksi setinggi - tingginya.

b. Kekurangan oksigen

Gejala umum ikan yang kekurangan oksigen akan terlihat stres. Ikan sering muncul ke permukaan air mengambil napas langsung dari udara bebas dan berenang menghentak - hentak. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain padat penebaran tenlalu tinggi, suhu tinggi, kurang atau tidak ada tanaman air sama sekali, kurang sinar matahari, dan tertimbunnya bahan organik dan sisa pakan ataupun tanaman air yang mati

Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah budi daya yang sa­ngat rendah menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan parasit, kadang - kadang tidak mau makan, dan tidak dapat berkem­bang biak dengan baik terutama pada konsentrasi oksigen kurang dari 4 ppm (4 mg/liter).  Oleh karena itu, tempat/wadah budi daya diupayakan tetap bersih, padat penebaran, dikurangi, kebutuhan sinar matahani cukup, tetapi intensitasnya tidak terlalu tinggi atau sebaliknya. Selain itu, penambahan tanaman air atau pemasangan aerator dapat menyumbangkan oksigen. Semuanya diatur sehingga tercapai keseimbangan yang tepat antara luas wadah budi daya, jumlah ikan yang ditanam, serta unsur - unsur lain yang dibutuhkan untuk kehidupan ikan yang ada di dalamnya.

c. Keracunan

Kerugian akibat keracunan biasanya fatal karena kematian terjadi secara massal, serentak, dan berlangsung cepat sehingga tidak sempat menyelamatkan ikan dan keadaan darurat tersebut. Penyebab kera­cunan bisa berasal dari pakan yang busuk atau adanya gas beracun seperti gas rawa, amonia, dan asam belerang.

Kondisi yang paling berbahaya adalah keracunan pestisida. Kadang - kadang pestisida sudah tercampur pada sumber air utama yang masuk ke lokasi budi daya sehingga seluruh areal perkolaman tercemari. Apalagi kalau sistem pengairannya secara paralel, semua kolam/bak masing - masing mendapat air baru dan saluran yang sama.

Penanggulangan sementara, saluran air yang masuk ke lokasi budi daya ditutup kalau racunnya berasal dari sumber air utama. Ikan yang belum terlalu parah (belum mati) dipunguti kemudian ditempatkan di kolam lain yang terbebas dari pencemaran. Kolam yang dijadikan tempat pengungsian, airnya harus mengalir dan bersih. Sebaiknya dipasang blower kemudian segera diperiksa air di sepanjang saluran untuk mengetahui bahwa aliran air itu masih beracun atau sudah normal kembali dengan melihat kehidupan organisme air yang ada di dalamnya. Jika sudah aman, pintu air dibuka dan dibiarkan hingga larutan racun yang ada di kolam hilang oleh aliran air baru.

d. Pakan Tidak Baik

Pakan dapat menimbulkan kerugian jika menjadi sumber infeksi penyakit, terutama bila komposisi gizinya buruk, misalnya kekurang­an vitamin atau mengandung bahan yang busuk dan beracun. Kualitas pakan yang buruk serta cara pemberian yang kurang tepat akan memicu peradangan yang serius pada saluran pencernaan se­hingga perut ikan terlihat membengkak dan terjadi perdarahan.

Komposisi pakan yang perbandingannya tidak sesuai, misalnya kandungan lemak atau karbohidrat berlebihan, dapat mengakibatkan penimbunan lemak sehingga organ seperti hati, ginjal, maupun jan­tung yang merupakan alat dalam tubuh ikan tidak dapat bekerja secara sempurna karena tertutup lapisan lemak. Pada ikan dewasa kelebihan lemak akan menghambat pemijahan. Jika gejala ini belum terlalu parah, penanggulangannya dilakukan dengan menghentikan pemberian pakan beberapa hari sampai kondisi ikan normal kembali. Dampak lain terutama dan pakan yang mengandung minyak ikan sering terjadi hipervitaminosis yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, rerutama dari serangan bakteri maupun infeksi lainnya.

e. Perubahan suhu

Perubahan suhu yang mendadak mengakibatkan ikan menga­lami shock dan menderita stres. Nafsu makan ikan berkurang sejalan denhgan penurunan suhu.

Aklimatisasi benih ikan sebelum ditebarkan ke wadah baru

Jika penurunannya besar dan drastis, ikan akan berhenti makan, pertumbuhannya lambat, bahkan terhambat. Sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu yang ekstrem, ikan menjadi sulit bernapas. Jika hal ini berlangsung lama, ikan menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit dan parasit.

Untuk mengurangi risiko fatal akibat perubahan atau perbe­daan suhu, ikan yang akan dipindahkan ke tempat lain sebaiknya diberi penyesuaian (aklimatisasi) antara air lama sebagai media pengangkut dengan air di tempat baru.