Kamis, 07 April 2022

PENGELOLAAN AIR BUDIDAYA IKAN

Pengaturan Ketinggian Air

Pengaturan ketinggian erat kaitannya dengan kemampuan jelajah ikan dan jumlah tebar (kepadatan). Pada teknik budidaya, pengaturan volume air disesuaikan dengan perkembangan ukuran ikan. Seiring pertumbuhan ikan, kapasitas dukung kolam harus ditambah. Jadi, penambahan volume air pada dasarnya memperbesar daya dukung kolam (carrying capacity) agar ikan dapat hidup optimal.

Penambahan ketinggian air kolan harus dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus. Jika permukaan air di kolam terlalu tinggi, sedangkan ukuran masih kecil, maka akan kesulitan memperoleh udara ke permukaan kolam. Aktivitasnya pun meningkat. Aktivitas yang tinggi menyebabkan pertumbuhan lambat.

Tidak ada treatment tertentu saat penambahan ketinggian air kolam, kecuali memang bertepatan dengan aplikasi suplemen air. Alirkan air bersih sedikit demi sedikit ke dalam kolam hingga mencapai ketinggian yang diinginkan.

Penggantian Air

Dalam teknik pembesaran pergantian air ditentukan oleh kualitas air. Penggantian air di sini dilakukan hanya separuh. Artinya, separuh air kolam dibuang, dan diganti dengan air baru. Sementara itu, penggantian total hanya dilakukan ketika sortir dan panen. Ada dua parameter fisik untuk menentukan pergantian air, yakni warna dan bau air.

1) Perubahan warna air.

Misalnya, dari hijau ke cokelat atau hitam. Perubahan warna air disebabkan oleh penumpukan sisa metabolisme dan pakan yang tidak termakan. Warna cokelat mengindikasikan kotoran di kolam masih bisa terdekomposisi, tetapi jumlahnya sudah tidak sebanding dengan laju proses dekomposisi. Sebaliknya, jika air sudah berwarna hitam, tandanya proses dekomposisi sudah tidak berjalan sehingga terjadi proses pembusukan.

2) Perubahan bau.

Disebabkan oleh pembusukan bahan organik. Perubahan bau mengindikasikan terjadi penimbunan amoniak. Amoniak yang berlebihan menyebabkan pH air turun (asam). Pada kondisi asam, bakteri patogen akan lebih mudah hidup dan berkembang. Akibatnya, mengalami keracunan dan terserang penyakit hingga berujung pada kematian. Penggantian air pada tahap ini pada dasarnya ditujukan untuk menjaga kualitas air agar tetap stabil. Jika air tidak diganti, respons terhadap pakan menurun dan pemberian suplemen air menjadi sia-sia belaka. Penggantian air umumnya dilakukan saat berukuran 10-12 cm, karena pada saat itu perubahan bau dan warna air kerap terjadi. Penggantian air sebaiknya dilaksanakan pada pukul 5.00-6.00 pagi.

Berikut tahapan penggantian air.

1. Buka saluran pembuangan (water level) di central drain untuk mengurangi volume air kolam hingga tiga perempat dari volume awal

2. Tambahkan air baru menggunakan slang secara perlahan. Pastikan mulut slang berada di bawah permukaan air kolam.

3. Hentikan suplai air baru jika volume air sudah mencapai volume semula.

4. Tambahkan suplemen air seperti pada penyiapan air kolam, yakni biang plankton 20-70 ml/m2, mineral air 2 gram/m2, dan probiotik 2 ml/m2.

Sirkulasi Air

Jika pergantian air dan penambahan suplemen tidak mampu lagi menekan penimbunan amoniak dan kotoran di kolam, segera lakukan sirkulasi air dengan cara memasukkan air ke dalam kolam secara terusmenerus selama 24 jam. Selanjutnya, tambahkan suplemen air (biang plankton, mineral air, dan probiotik) dengan dosis dua kali lipat dari dosis suplemen pada penggantian air kolam. Ulangi sirkulasi air 3 - 4 hari sekali hingga panen. Cara tersebut memungkinkan dilakukan bagi mereka yang memiliki ketersediaan air yang melimpah.

Sebaliknya, bagi mereka yang ketersediaan sumber airnya terbatas, bisa dengan cara mengurangi 50% air kolam dan ditambahkan lagi air baru setiap 5 - 7 hari sekali hingga panen. Usai pemasukan air baru, tambahkan suplemen air (biang plankton, mineral air, dan probiotik) dengan dosis dua kali lipat dari dosis pada penggantian air kolam.

Penyiponan

Penyiponan bertujuan untuk mengurangi sisa metabolisme dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolam. Caranya, buka outlet sekitar 1-2 menit. Pastikan air yang keluar dari outlet sudah tidak kotor. Tutup kembali outlet seperti sediakala. Ulangi penyiponan minimum 2 - 3 hari sekali hingga panen. Tambahkan air baru jika volume air kolam dirasa sangat kurang.

Pengelolaan Air saat Hujan

Ketika hujan, air menjadi asam. Pada saat itu, air kolam idealnya disirkulasikan agar air hujan di permukaan kolam segera terbuang. Cara lainnya, ganti pipa paralon pembuangan dengan pipa yang ketinggiannya sama dengan permukaan air kolam. Setelah hujan reda, tambahkan suplemen air (probiotik + biang plankton + mineral air) dengan dosis dua kali lipat dari dosis normal. Lakukan cara ini setiap kali turun hujan.

Pengelolaan kualitas air media pemeliharaan udang di tambak :

1. Pengelolaan kualitas air tambak dilakukan melalui (penambahan air, pergantian air, pengaturan kedalaman air, aplikasi probiotik dan sumber karbon, penggunaan kapur, dan aerasi) untuk memperbaiki kualitas air;

2. Pemantauan dan pengamatan kualitas air dilakukan secara visual setiap hari, pengukuran kualitas air dilakukan secara laboratoris secara berkala

3. Pendokumentasian dan pencatatan hasil pemantauan dan pengukuran kualitas air.

Pengelolaan kulitas air media pemeliharaan berperan dalam menentukan keberhasilan budidaya udang. Tingkat kesehatan udang, pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang dipengaruhi oleh interaksi lingkungan, patogen dan kondisi udang. Parameter kualitas air seharusnya dimonitor setiap hari sebagai pedoman untuk manajemen kolam secara keseluruhan sehingga dapat menghindari efek negatif terhadap udang yang dipelihara. Data tersebut dapat digunakan untuk menganalisis jika permasalahan muncul dan sebagai dasar pertimbangan tindakan yang harus dilakukan. Semakin banyak data yang tersedia semakin mudah menganalisis permasalahan dan tindakan yang harus dilakukan. Sebagian besar variabel kualitas air saling mempengaruhi, seperti karbondioksida, oksigen terlarut, pH, fitoplankton, alkalinitas, limbah organik, amonia dan H2S.

Monitoring kualitas air sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Hasil monitoring tersebut dijadikan sebagai dasar dalam menentukan tindakan pengelolaan kualitas air misalnya, pada kondisi air pekat (salinitas tinggi dan kelimpahan plankton sangat tinggi) sebaiknya dilakukan pengenceran dengan memperbanyak pergantian air. Salinitas yang terlalu tinggi (melebihi batas normal) dapat menyebabkan pertumbuhan udang terhambat karena proses osmoregulasi terganggu. Apabila demikian, udang lebih banyak mengeluarkan energi untuk proses osmoregulasi dibandingkan untuk pertumbuhan. Osmoregulasi adalah proses pengaturan dan penyeimbangan tekanan osmosis antara dalam dan luar tubuh udang.

Budidaya udang mempunyai standar kualitas air tertentu agar dapat hidup dengan baik untuk mendukung kelangsungan hidup yang tinggi dan pertumbuhan yang optimal. Beberapa variabel kualitas air yang bersifat toksik diharapkan tidak terdeteksi di kolam atau berada dalam jumlah yang sangat kecil (< 0,01 mg/l) seperti nitrit dan hidrogen sulfida (H2S). Oksigen terlarut mempunyai batas minimal yang harus ada dalam ekosistem kolam (> 4 mg/l). Beberapa senyawa toksik masih ditolelir keberadaannya di dalam kolam dalam jumlah tertentu seperti total ammonia nitrogen dan karbondioksida. Karbondioksida dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh fitoplankton untuk fotosintesis, namun dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan keracunan bagi ikan. Beberapa variabel kualitas air berada dalam kisaran tertentu agar ikan/udang bisa tumbuh optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar