Ikan Gurami adalah salah satu jenis ikan budidaya yang
banyak dipelihara oleh pembudidaya ikan khususnya di wilayah eks Karisidenan Banyumas sehingga
jenis ikan ini menjadi unggulan di wilayah tersebut. Ikan ini memiliki nama
yang beragam, orang Jakarta dan Jawa Barat menyebut Ikan Gurame, orang Banyumas menyebutnya
Gurameh atau Grameh, orang Sumatera khususnya Sumatera Barat menyebut dengan
ikan Kalui.
1.
Morfologi
Ikan ini memiliki ciri khas yaitu bernafas dengan
insang dan insang tambahan yang disebut Labirin (Labirint) yaitu perluasan insang pertama yang kaya akan pembuluh
darah kapiler, sehingga ikan ini dapat mengambil udara di atas permukaan air
dan disimpan dalam rongga insangnya kemudian oksigen diserap oleh pembuluh
darah kapiler tersebut. Dengan alat tersebut ikan ini dapat hidup dengan baik
pada perairan tenang dan sedikit oksigen.
Ikan Gurami mempunyai bentuk badan yang kokoh dan
kekar, pipih dan tinggi, banyak bergerak ke arah vertikal, sehingga
ikan ini suka hidup pada air tenang dan dalam. Jari-jari keras dijumpai pada
sirip punggung 12-13 buah, sirip dubur 9 – 11 buah. Sirip perut memiliki 1 jari keras dan 5 jari lunak yang sudah berubah
menjadi sepasang benang / tali yang panjang yang berfungsi sebagai alat peraga.
Ikan Gurami memiliki tubuh yang berwarna biru
kehitaman dengan bagian perut berwarna keputihan, namun ada juga yang berwarna
putih kemerahan, kecoklatan pada punggungnya dan bagian perut berwarna
kekuning-kuningan. Pada Gurami yang masih muda terdapat 7 – 8 buah garis tegak
berwarna hitam dan garis ini hilang setelah dewasa.
Ikan Gurami termasuk ikan dari golongan Labyrinthici
karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut Labirin. Klasifikasi secara
lengkap adalah sebagai berikut:
. Filum :
Chordata
. Kelas :
Pisces
. Bangsa :
Labyrinthici
. Sub Bangsa :
Anabantoidei
. Suku :
Anabantidae
. Marga :
Osphronemus
. Jenis :
Osphronemus gourami
Sebangsa dengan ikan Gurami adalah ikan Tambakan
(Helostoma tensminski) dan ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis).
3.
Lingkungan hidup
Ikan Gurami di alam banyak dijumpai di rawa – rawa di
dataran rendah, tumbuh pada perairan tropis atau sub tropis. Ikan Gurami dapat
hidup pada perairan tawar sampai sedikit payau. Hidup dengan baik pada daerah
sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut, namun untuk pemijahan yang
paling baik dilakukan pada ketinggian 100 – 300 m dari permukaan laut.
Konsentrasi pemeliharaan ikan Gurami pada dataran tinggi biasanya usaha
pemijahan/ pendederan, sedangkan pada dataran rendah sampai dengan 100 m
di atas
permukaan air laut lebih cocok untuk usaha pembesaran.
Bila dipelihara pada dataran rendah ikan ini lebih
lebih cepat tumbuh dibandingkan di dataran tinggi, karena dataran rendah suhu
airnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan dataran tinggi. Ikan Gurami dapat
tumbuh dengan baik bila dipelihara dalam air dengan suhu 25 – 30°C.
Ikan Gurami lebih senang hidup dalam air yang tenang
dan dalam dengan warna air kehijau-hijauan (kaya akan Fitoplankton). Ikan ini
sangat peka terhadap suhu yang sangat rendah. Sehingga bila dipelihara dalam
air yang bersuhu kurang dari 15°C ikan tidak bisa tumbuh dengan baik
bahkan sulit untuk berkembang biak.
4.
Makanan
Dilihat dari makanan dan kebiasaan makan ikan Gurami
termasuk jenis ikan Omnivora yaitu pemakan segala, pada benih ikan (bayong)
setelah habis cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya akan memakaan jasad
renik yang ada di sekitarnya yaitu zooplankton seperti Rotifera, Influsoria,
Moina, dan Daphnia. Pada stadium yang lebih besar (daun kelor) memakan hewan
yang lebih besar seperti Cladocera, cacing-cacingan seperti cacing sutera,
larva Chironomid serta tumbuhan renik (fitoplankton).
Benih ikan yang berukuran bungkus korek api sampai dengan bungkus
rokok akan cenderung menyukai tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, Azolla,
Pistia (apu-apu), kangkung, dan genjer. Setelah dewasa disamping tumbuhan tersebut ikan
Gurami menyukai daun-daunan seperti daun talas-talasan, kobis, pepaya, dan lain-lain.
Dalam budidaya ikan Gurami, kebutuhan protein dapat
dipenuhi dengan memberikan pakan berupa pakan buatan (mikro kapsul, pellet)
yang mengandung protein tidak kurang dari 25% sedang pakan hijauan biasanya
diberikan secara ad libitum (sekenyangnya). Pakan nabati ini akan mengurangi pemberian
pakan buatan sampai 1% (yang biasanya diberi 3% menjadi 2 %).