Selasa, 29 Maret 2022

PERSIAPAN WADAH PEMELIHARAAN LARVA IKAN NILA

Pemeliharaan larva hasil pemijahan secara outdoor umumnya dilakukan di kolam pemijahan. Setelah memijah, induk betina dan jantan dipindahkan kembali ke kolam pemeliharaan induk. Setelah menetas, larva masih mepunyai cadangan makanan berupa kuning telur (yolk). Umur cadangan makanan tersebut berkisar 2 - 4 hari, tergantung jenis ikan. Kuning telur akan diserap habis dalam waktu antara 3 - 6 hari setelah menetas.

Fase penting dalam pemeliharaan larva ikan yaitu saat habisnya kuning telur sebagai cadangan makanannya. Saat kuning telur habis, larva akan mencari pakan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Jika pakan tersebut mudah ditemukan, pertumbuhan larva akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya, larva akan mengalami kematian jika tidak tersedia pakan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulutnya.

Pada pembenihan di luar ruangan, penyediaan makanan untuk larva sudah dipersiapkan lewat penyediaan pakan alami melalui pemupukan dengan kotoran ayam. Ketersediaan pakan alami dalam jumlah terbanyak hendaknya tepat pada saat kuning telur ikan sudah terserap habis. Setelah 5 - 7 hari, larva mulai memakan pakan alami yang tersedia. Berkurangnya persediaan pakan ditandai dengan munculnya larva ikan di permukaan untuk mencari makanan. Jika demikian, berikan pakan tambahan berupa pelet atau tepung halus.

Pemberian pakan tambahan hendaknya merata ke seluruh area kolam. Hal ini untuk menjamin bahwa semua larva mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan makanannya sehingga tumbuh dengan baik dan mempunyai ukuran yang relatif seragam.

Tidak seperti pembenihan di luar ruangan (outdoor), pemeliharaan larva di dalam ruangan ini sangat tergantung pada ketersediaan pakan alami yang diberikan secara langsung kepada larva. Larva mulai dilatih untuk mengonsumsi pakan berupa artemia ataupun rebusan kuning telur yang diencerkan dengan air matang pada 2- 3 hari paska menetas (saat kuning telur masih tersedia). Tahapan ini dilakukan dalam waktu 3 - 4 hari.

Selanjutnya, larva mulai dilatih untuk mengonsumsi daphnia atau cacing rambut (tubifex). Agar bersih, tubifex perlu dicuci dengan larutan PK (kalium permanganat) dengan dosis 1 ppm selama 2 - 3 menit dan dibilas dengan air bersih sebelum diberikan pada larva. Pemberian pakan harus dilakukan secara bertahap dalam jumlah yang tidak terlampau banyak di awal pemberian. Setelah 5 - 7 hari, larva mulai dilatih untuk mengonsumsi pakan buatan berupa tepung pelet yang dibentuk sebagai pasta dengan air hangat. Pasta diletakkan pada tempat pakan berupa piring berlubang yang digantung dengan kedalaman 10 cm dari permukaan air.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan larva agar angka mortalitas larva dapat ditekan seminimal mungkin, yaitu sebagai berikut:

Persiapan Wadah Pemeliharaan

Larva Ikan Nila

Persiapan wadah pemeliharaan larva merupakan hal yang harus dilakukan sebelum memulai pemeliharaan. Kegiatan persiapan tersebut melalui beberapa proses di antaranya pengeringan, pembersihan, perbaikan (wadah produksi, instalasi air, instalasi listrik, instalasi udara, serta saluranpembuangan), dan pengisian air. Penyiapan wadah pemeliharaan larva bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi larva sehingga bisa hidup, tumbuh dan berkembang, serta mengurangi serangan bakteri atau jamur. Wadah pemeliharaan larva harus sudah disiapkan 1 - 2 hari sebelum larva ditebarkan.

Persyaratan untuk pemeliharaan larva adalah air yang digunakan harus bersih dan jernih serta suhu air dan udaranya harus stabil dan tidak berfluktuasi. Sumber air bersih bisa berasal dari sumur pompa atau sumur gali. Untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air dan menguapkan gas-gas lain yang merugikan, sebelum digunakan sebagai media pemeliharaan, air diaerasi terlebih dahulu selama 1 - 2 hari atau dengan menampungnya terlebih dahulu dalam bak tandon air. Pada bak tandon tersebut juga dipasang aerasi dari blower atau aerator selama 24 jam.

Untuk mencegah timbulnya jamur dan bibit penyakit pada larva ikan, berikan larutan larutan methylene blue (MB) pada media pemeliharaan dengan takaran sesuai dengan aturan yang tercantum pada label kemasan. Perlakuan ini diberikan minimal 1 - 2 hari sebelum larva ikan dimasukkan.

Untuk menjaga suhu air tetap dalam kondisi stabil, lengkapi wadah pemeliharaan dengan heater atau sumber panas yang berasal dari pemanas ruangan berupa lampu listrik atau kompor. Persiapan selanjutnya adalah pemasangan instalasi penetasan. Pada tahapan ini, penggunaan aerasi dari blower atau aerator ke dalam wadah pemeliharaan diperlukan untuk menyuplai oksigen terlarut. Hal ini karena larva patin sangat peka terhadap kekurangan oksigen. Aerasi dipasang pada setiap bak atau wadah pemeliharaan larva. Tekanan aerasi dibuatsedemikian rupa agar tidak terlalu kencang sehingga larva tidak mudah stres. Untuk mengurangi goncangan akibat gelembung air yang terlalu besar, pada ujung selang aerator bisa ditempatkan sebuah batu aerasi. Selama pemeliharaan larva berlangsung, aerasi harus selalu dihidupkan.

Selasa, 01 Maret 2022

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA

Menyiapkan Calon Induk

Calon induk yang akan digunakan sebagai bakalan penghasil bibit ikan nila harus diperhatikan kualitasnya. Banyak induk ikan nila yang ada di masyarakat sudah menurun kualitasnya. Induk yang kualitas genetisnya kurang baik, jika dipijahkan akan menghasilkan keturunan yang jelek dan kualitas benihnya rendah. Karena itu sebaiknya menggunakan induk yang berasal dari institusi yang ditunjuk sebagai penyedia benih, misalnya balai penelitian perikanan.

Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau induk yang belum siap memijah. Jika menggunakan induk yang siap memijah, dana yang disediakan cukup besar karena harganya relatif mahal. Sebaliknya jika menggunakan bakalan induk, diperlukan waktu pemeliharaan untuk membesarkan bakalan induk hingga mencapai ukuran dan umur untuk siap memijah (matang kelamin).

Tanda-tanda induk nila berkualitas baik sebagai berikut :

- Kondisi sehat.

- Bentuk badan normal.

- Sisik besar dan tersusun rapi.

- Kepala relatif kecil jika dibandingkan dengan badan.

- Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam).

- Gerakan lincah.

- Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.

Jumlah induk yang dibutuhkan untuk usaha pembenihan sangat tergantung dari besar-kecilnya target produksi yang akan dicapai. Artinya semakin tinggi target produksi yang direncanakan, jumlah induk yang diperlukan juga semakin banyak. Ikan nila tergolong ikan yang memiliki jumlah telor yang relatif sedikit dalam sekali memijah, sehingga jumlah larva yang dihasilkan juga sedikit Induk ikan nila betina sudah matang kelamin pada umur 5 s.d 6 bulan dengan berat 200 s.d 250 gram mengandung telur 500 s.d 1000 butir. Dari jumlah telur tersebut bisa diperoleh larva 200 s.d 400 ekor larva. Meskipun jumlah telurnya sedikit namun ikan nila mempunyai frekuensi memijah yang rekatif sering . Hal ini dapat kita lihat dari rentang waktu antarpemijahan yang singkat, yaitu 3 s.d 6 minggu. Masa produktif ikan nila 1,5 s.d 2 tahun. Jika telah berumur diatas 2 tahun, induk harus sudah diganti dengan induk baru. Jika induk yang tua tetap dipijahkan biasanya kualitas benih yang dihasilkan akan menurun.

Induk Ikan Nila

Berikut ini adalah ciri-ciri induk nila jantan dan induk nila betina :

Ciri-ciri Induk Jantan

- Bentuk tubuh: Lebih rendah dan memanjang

- Warna tubuh: Lebih gelap

- Jumlah lubang kelamin: Satu lubang (untuk keluar seperma sekaligus urin)

- Bentuk kelamin: Tonjolan agak meruncing

Ciri-ciri Induk Betina

- Bentuk tubuh: Lebih tingi dan membulat

- Warna tubuh: Lebih cerah

- Jumlah lubang kelamin: Dua lubang: Untuk mengeluarkan telur dan untuk mengeluarkan urin.

- Bentuk kelamin: Tidak menonjol dan bentuk bulat

Memelihara Induk

Sebelum dipijahkan induk jantan dan induk betina dipelihara dalam kolam terpisah. Posisi kolam induk dibuat sedemikian rupa sehingga air buangan dari induk betina tidah mengalir ke kolam induk jantan atau sebaliknya. Jika tidak dibuat demikian, maka bau tubuh induk betina yang terbawa arus air ke kolam induk jantan maka akan merangsang induk jantan untuk memijah, sehingga terjadi pemijahan liar. Keuntungan pemisahan antara induk jantan dengan induk betina antara lain:

- Kualitas telur yang dihasilkan lebih baik.

- Mudah melakukan seleksi induk.

- Bisa dengan mudah untuk menyeleksi induk yang sudah dengan yang belum dipijahkan.

Untuk mendukung kondisi induk, diusahakan kondisi lingkungan tempat pemeliharaan induk dalam keadaan baik. Selain itu pemberian pakan tambahan harus mencukupi agar perkembangan gonade (telur dan seperma) optimal. Untuk menciptakan kondisi ini kolam pemeliharaan induk air harus mengalir dan pakan tambahan yang diberikan harus mencukupi, yaitu ± 3 % dari bobot total induk yang dipelihara, dengan kandungan protein tinggi yaitu diatas 35%.

Adapun langkah-langkah penetasan secara intensif sebagai berikut :

Pematangan gonad bertujuan untuk mempercepat perolehan telur yang berkwalitas agar berdaya tetas tinggi. Artinya, ketika terjadi pemijahan, telur yang dikeluarkan oleh induk nila adalah telur yang matang dan siap dibuahi. Pematangan gonad ini dilakukan didalam beton atau di dalam hapa. Jika menggunakan bak beton, sebaiknya dipilih yang berukuran 20-30 m2. Namun jika menggunakan hapa, ukuran panjang 6m lebar 4m dan tinggi 1m. Hapa dipasang di kolam yang cukup luas, sekitar 1000-2000m2 dengan kedalaman 1-1,5m. Pemasangan hapa dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah dikontrol. Agar posisi hapa kokoh, sebaiknya setiap sudutnya diikatkan di tiang bambu.

Jumlah pemasangan hapa ada 6 buah (3 untuk induk jantan dan 3 untuk induk betina). Hapa pertama berisi induk yang sudah dipijahkan. Hapa kedua untuk induk yang hampir matang gonad dan hapa ketiga untuk hapa yang sudah matang gonad atau siap dipijahkan. Pada penebaran dalam hapa 5-10 ekor/m2. Pematangan gonad terjadi dalam 2 minggu dan harus didukung dengan pemberian pakan bergizi tinggi dengan dosisi 5% dari berat total induk/ hari. Selain itu, air kolam harus jernih dan selalu mengalir agar suplai oksigen induk terpenuhi.