Sabtu, 02 Maret 2019

PERAWATAN LARVA GURAMI LEPAS SARANG

Pengambilan Larva Lepas Sarang

Pengambilan larva dari dalam sarang biasanya ditandai dengan memasukkan jari ke dalam lubang sarang, bila jari tadi digerumuti larva, maka sarang tadi bisa segera diambil, biasanya dalam kondisi demikian larva sudah berumur ±7 hari.

Cara pengambilan larva sama seperti pengambilan telur, yaitu sebagai berikut:
  1. Sarang berisi larva dimasukkan dengan hati-hati ke dalam wadah yang sudah berisi air agar tidak ada larva yang lepas.
  2. Wadah yang sudah berisi sarang tadi dibawa ketempat yang teduh, kemudian sarang diurai sedikit demi sedikit dan dikeluarkan dari wadah, jangan sampai ada larva yang ikut terbuang.
  3. Apabila semua bahan sarang sudah dikeluarkan, buanglah sebagian air untuk diganti dengan air yang baru, diulang-ulang sampai air menjadi bersih sehingga larva dapat terlihat dengan jelas.
  4. Larva tadi sementara dibiarkan dalam wadah sebelum ditebar di kolam pemeliharaan larva yang sudah disiapkan atau dapat dipelihara dalam hapa yang terpasang di dalam kolam pendederan.
Pemeliharaan Larva di Kolam
  1. Kolam atau sawah minapadi (penyelang) dikeringkan dan dibuat kowenan dengan ukuran 1 x 1 x 0,4 m dibagian tengah kolam. Kowenan diberi sedikit bangunan tanggul pada tepinya hingga merupakan kolam kecil di dalam kolam. Fungsi kowen ini adalah sebagai tempat untuk melepaskan bayong pada saat penebaran dan tempat untuk menangkap benih pada waktu panen.
  2. Kemudian dibuat caren yang menghubungkan antara saluran pemasukan dengan saluran pengeluaran melintasi kowenan. Ukuran caren: lebar 30 cm dan dalam 30 cm. Fungsi kowenan sebagai tempat mengumpulnya benih pada saat kolam airnya dangkal atau surut dan untuk menggiring benih ke kowenan pada saat pemanenan.
  3. Langkah selanjutnya adalah pemberian kapur kalsit/kapur pertanian dengan dosis 200 gr/m². Maksud dan tujuan pengapuran adalah untuk membunuh organisme penyebab penyakit, memutus siklus hidup parasit dan untuk meningkatkan derajat keasaman tanah dan air kolam.
  4. Berikutnya adalah pengolahan tanah dasar, pemberian pupuk kandang kering sebanyak ±0,5 kg/m², dengan cara disebar atau dionggok-onggokkan di beberapa tempat, kemudian diberi air nyemek-nyemek untuk memberi kesempatan pupuk terurai menjadi unsur hara yang dibutuhkan untuk hidup dan berkembangnya plankton yang merupakan pakan alami ikan Gurami.
  5. Kowenan yang merupakan kolam kecil, pada bagian yang berhubungan dengan caren ditutup dengan tanah kemudian dipenuhi dengan air setinggi 20 – 30 cm.
  6. Selanjutnya larva yang masih memiliki sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya dimasukkan ke dalam kowenan tadi. Tanggul kowenan dapat diberi pagar plastik untuk menghindari masuknya binatang-binatang pengganggu.
  7. Bila benih ikan sudah beradaptasi dengan baik (7 hari kemudian) air kolam sedikit demi sedikit dinaikkan sampai tanggul kowenan terendam air, kemudian tanggul yang menghubungkan kowenan dengan caren dibuka supaya benih ikan leluasa berenang keluar mencari makan yang sudah tersedia di lingkungannya yang berupa pakan alami.
  8. Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan memberikan pupuk Phospat (SP 36). Dosis yang digunakan adalah 10 – 20 gram/m² dengan cara dilarutkan lebih dulu dalam air sebelum disebar atau dibungkus dalam kantong kain kemudian direndam/digantung di bawah permukaan air dekat dengan pemasukan air.
  9. Pemberian pakan tambahan dilakukan setelah ±15 hari sejak benih Gurami ditebarkan. Pakan tambahan bisa berupa dedak halus, tepung bungkil kelapa, tepung ikan atau pellet (mikro kapsul). Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore sebanyak ±5 % dari perkiraan bobot populasi.
  10. Panen benih berukuran biji oyong dilakukan setelah dipelihara selama 30 – 45 hari.  
Pemeliharaan Larva dalam Hapa Terapung
  1. Hapa terbuat dari kain strimin atau jaring dengan mata jaring 2 – 3 mm, ukuran 2 x 1 x 0,6 m.
  2. Pasang hapa di dalam kolam pendederan yang telah disiapkan seperti yang diuraikan di atas.
  3. Pemberian pakan tambahan dilakukan sama seperti pada larva yang dipelihara di kolam, pakan tambahan yang diberikan pada awalnya berupa tepung ikan selanjutnya dapat diberikan tepung bungkil kelapa, tepung dari pellet dengan dosis 5% dari berat populasi.
  4. Panen benih berukuran biji oyong dilakukan setelah dipelihara selama 30 – 45 hari.