Sabtu, 02 Februari 2019

PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA GURAMI

Telur Gurami yang telah diambil dan dicuci dari dalam sarang selanjutnya dapat ditetaskan dalam paso, baskom, brokoh, akuarium atau bak semen. Telur ikan Gurami akan menetas setelah kurang lebih 45 jam. Organ-organ yang dimiliki embrio sebelum menetas adalah kepala, sepasang rongga mata, jantung dalam pericardium, lipatan sirip, dan kuning telur.

Penetasan Telur dalam Paso, Baskom, Brokoh atau Akuarium Spesifikasi Teknis 
  • Paso, baskom, atau brokoh berdiameter ±50 cm, akuarium 80 x 40 x 40 cm 
  • Ketinggian air 2/3 dari tinggi wadah.
  • Sumber air: air sumur, air irigasi, air harus higinis.
  • Kepadatan 100 – 200 butir/liter.
  • Telur yang tidak menetas berwarna kuning keputihan atau pucet dan harus segera dibuang, demikian juga telur-telur yang terinfeksi oleh jamur.
  • Penyegaran air: diganti seperempat bagian setiap 2 hari sekali setelah secara hati-hati jangan sampai ada telur atau larva yang ikut terbuang. 
  • Di dalam perawatan larva (pasca tetas) belum perlu diberi pakan karena larva akan memanfaatkan cadangan makanannya yang berupa kuning telur, kuning telur ini akan habis ±12 hari.
  • Lama pemeliharaan: sampai dengan cadangan makanan dalam perut larva hampir habis. Warna benih hitam, gesit berenang mengitari wadah. 
Larva yang menjelang habis cadangan makanannya tersebut harus segera dipelihara dalam kolam yang telah disiapkan untuk dipelihara menjadi bayong. Pemindahan larva ke dalam kolam pendederan dilakukan sebelum cadangan makanan yang berupa kuning telur habis sehingga larva dapat menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang ada di luar tubuhnya.  
 
Penetasan dalam Bak.  
 
Penetasan dapat dilakukan di bak dan larva yang dihasilkan dapat dipelihara sampai menjadi bayong juga di bak tersebut. Sistem pemeliharaan ini disebut sistem “Clear water
Spesifikasi Teknis
  • Bak yang berukuran 3 x 1 x 0,4 meter berfungsi sebagai tempat penetasan sekaligus tempat pemeliharaan larva sampai menjadi ukuran bayong (bak dapat dibuat lebih dari satu sesuai kebutuhan). 
  • Bak kultur pakan alami 3 x 1 x 1 meter berfungsi sebagai tempat untuk mengkulturkan pakan alami seperti Moina atau Daphnia. Bila akan diberi Arthemia, diperlukan tempat penetasan (ember atau aquarium). 
  • Bak sebelum digunakan dibersihkan, dilap dengan kain yang dibasahi dengan larutan PK atau Formalin (4%) kemudian dibilas dan dikering 
  • Ketinggian air bak penetasan/pemeliharaan larva 25 – 30 cm. 
  • Penyegaran air: dilakukan dengan model resirkulasi dan aerasi, menggunakan pompa resirkulasi (ukuran kecil) dan aerator. Filter: terdiri dari kapas sintetis dibawahnya diberi kapur CaC03 dan arang atau zeloidh dan ditempatkan dalam wadah / ember yang di bagian bawah diberi lubang. 
  • Sumber air: sumur atau saluran air, air harus higinis. 
  • Kepadatan: 5.000 – 7.500 butir telur /larva per bak atau 6 – 10 ekor/liter air.
  • Lama pemeliharaan: sampai dengan ukuran biji oyong (bayong) atau selama ±45 hari. 
  • Pergantian air: dapat dilakukan setiap 7 atau 10 hari sekali dengan 1/3 bagian yang diganti. 
  • Pemberian pakan:
Hari 0 – 12    : Cadangan pakan dalam tubuhnya.
Hari 10 – 21  : pakan alami (Moina/Daphnia/Arthemia)
Hari 22 – 45  : pakan alami + Tubifek atau pakan alami + mikro  kapsul telur.
  • (Bila ada tanda-tanda benih ikan tidak sehat air media diberi metil biru 3 gram/m² selama 15 – 30 menit.